Memasuki Bulan Pendidikan GMIT, Badan Pendidikan Selenggarakan “Kampanye GMIT Berhikmat 2031”

Ketua Badan Pendidikan GMIT, Pdt. Jahja A. Milu, S.Th, S.Pt

Kupang, Pelopor9.com – Memasuki Perayaan Bulan Pendidikan tahun 2020, Badan Pembantu Pelayanan Pendidikan (BPP) Pendidikan GMIT melakukan "Kampanye GMIT Berhikmat 2031." Kampanye ini, dilakukan untuk mewujudkan visi pendidikan GMIT sebagaimana diamanatkan dalam Grand Design Pendidikan GMIT yakni "Terwujudnya pendidikan Kristen yang menghasilkan generasi berhikmat, Pancasilais dan mampu bergaul dengan bangsa-bangsa pada tahun 2031.".

 

Demikian disampaikan oleh Ketua Badan Pendidikan GMIT, Pdt. Jahja A. Milu, S.Th, S.Pt, melalui rilis yang disampaikan ke media ini, Jumat (22/7/22).

 

Visi ini menurut Ketua Bidang Pendidikan  tentu tidak hanya bisa diraih dengan liturgi dan khotbah, tetapi perlu disertai dengan berbagai aksi bersama.

 

Dijelaskannya, Kampanye GMIT Berhikmat 2031 mengajak seluruh jemaat dan klasis untuk merumuskan dan membiayai program di bidang pendidikan. Bersyukur bahwa persembahan dana 2 persen pendidikan terus meningkat dari tahun ke tahun.

 

“Namun tentu ini bukanlah satu-satunya solusi. Diperlukan berbagai upaya lain untuk memajukan pendidikan GMIT”katanya.

 

Kampanye ini menurutnya lagi, diarahkan untuk mendorong jemaat-jemaat membentuk Panitia Pembangunan Sekolah. Bila kita mampu membangun gedung gereja dengan biaya milyaran rupiah, maka tidak mustahil kita juga dapat membangun sekolah yang layak dengan membentuk Panitia khusus.

 

Kampanye juga mengharapkan terbangunnya kemitraan jemaat dan sekolah. Kemitraan jemaat kota dan desa perlu diperluas hingga mencakup pula kemitraan jemaat dan sekolah. Jemaat bersumberdaya mampu di kota tidak hanya membantu pembangunan gereja di pedesaan, tetapi juga sekolah.

 

Selain itu, jemaat dapat melakukan Gerakan GMIT Mendidik. Tiap jemaat dan klasis mengutus dan membiayai guru untuk mengajar di pedesaan. Atau dengan mengkoordinir guru-guru GMIT dalam jemaatnya untuk mengajar di sekolah terpencil pada waktu tertentu.

 

Ditambahkannya, Program lain yang bisa dikembangkan melalui kampanye ini adalah dengan mengajak anggota jemaat untuk menjadi orangtua asuh dari anak-anak yang berkekurangan. Mereka dapat memberi beasiswa pendidikan atau bantuan buku cetak bagi anak-anak kurang mampu.

 

“Demikian pula dengan melakukan pelatihan pemberdayaan ekonomi bagi para guru untuk meningkatkan penghasilan mereka. Sudah sepantasnya kita memikirkan kesejahteraan guru yang selama ini hanya menerima upah rata-rata sebesar Rp 250.000 per bulan yang dibayarkan empat bulan sekali”katanya.

 

Ditegaskannya,gelar Tuhan Yesus selaku "Guru" seharusnya menempatkan pendidikan sebagai panggilan gereja yang penting. Perintah "jadikanlah semua bangsa murid-Ku" dan "ajarlah mereka melakukan" saat Yesus hendak naik ke Surga adalah perintah pendidikan (Mat. 28:18-20). Tugas membaptis hanya disebut sekali untuk mengingatkan gereja agar tidak membaptis lebih banyak dari mendidik.

 

GMIT selaku penerima sekaligus pemberita firman tersebut mesti menempatkan pendidikan dalam penataan pelayanan dan kelembagaan GMIT. Pendidikan harus mendapat perhatian yang sejajar layaknya ibadah dan sakramen gereja.

 

“Sudah seharusnya sekolah GMIT dipandang sebagai salah satu mata jemaat atau salah satu rayon dalam pelayanan gereja. Dengan begitu, upaya pengembangan sekolah dapat diakomodir dalam program dan pembiayaan gereja’tutupnya. (R-2/*).