Jamli Lukrianto (Kiri)
Belu, Pelopor9.com - Wilayah Kabupaten Belu dihuni warga dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras. Masyarakat terbiasa hidup dalam kemajemukkan yang terjalin erat hingga saat ini.
"Semuanya warga Belu. Warga Belu kelahiran Jawa, warga Belu kelahiran Bugis dan warga Belu kelahiran Padang,"kata Jamli Lukrianto, Wakil Ketua Forum Pemuda Lintas Agama (FORPELITA) Kabupaten Belu saat jumpa pers di Atambua, Senin (19/8/19).
Itulah sebabnya, warga tidak mempersoalkan perbedaan agama, apalagi suku. Sehingga, kalau ada hal yang mengganggu suasana tentunya tidak akan mempengaruhi kerukunan dan toleransi. Dikatakan, video viral Ustad Abdul Somad sama sekali tidak berpengaruhi terhadap kehidupan warga Belu.
"Tanah Belu dihuni masyarakat yang majemuk dan menjunjung tinggi toleransi, sehingga aksi apapun tidak akan mempengaruhi toleransi masyarakat Belu yang selama ini terjalin mesra," tandasnya.
Tokoh pemuda lain, Nur Ahmad menekankan peran pemuka agama dalam menjaga kerukunan dan toleransi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini penting untuk terciptanya keharmonisan dalam hidup.
Pemuka agama yang naik ke atas mimbar perlu menjaga bahasa sehingga tidak menyinggung perasaan dan ketertiban umum. Karena, Indonesia sebagai bangsa yang bersatu di atas segala perbedaan dan menjunjung tinggi persatuan. (R-1/ans).