Peserta Tampak Antusias dalam Penyiapan Bahan
Raijua, Pelopor9.com – Perkumpulan Ecologi Rai Hawu menggelar pelatihan pembuatan eco enzim sebagai inovasi dalam pengelolaan sampah organik kepada masyarakat di Desa Ballu, kecamatan Raijua, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (30/08/2025).
Kegiatan ini secara resmi oleh Kepala Desa Ballu, Ruben Radja Gewi dan dipandu oleh satu moderator yang juga Staf Lapangan Ecologi Rai Hawu, Martinus Djami Ati.
Kepala Desa Ballu, Ruben Radja Gewi menyampaikan apresiasi atas inisiatif ini sebagai langkah strategis menuju desa yang berwawasan lingkungan dalam pemanfaatan sampah rumah tangga yang ada. Sehingga pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan tersebut dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat.
“Saya berharap para ibu PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dan masyarakat) di Desa Ballu dapat menjadi pelopor dalam pengelolaan sampah organik rumah tangga dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh menjadi sesuatu yang berharga,"ujarnya.
Narasumber pelatihan, Pdt. Setiawan Pattipeilohy, M.Th memaparkan pentingnya pengolahan sampah organik serta manfaat eco enzyme, yakni cairan hasil fermentasi limbah organik yang memiliki beragam fungsi.
Dijelaskan secara detail proses pembuatan eco enzim, mulai dari pemilihan bahan, perbandingan komposisi, hingga proses fermentasi. Proses fermentasi berlangsung selama 3 bulan dalam wadah tertutup.
Pelatihan ini bertujuan memberikan pengetahuan sekaligus keterampilan praktis kepada peserta tentang cara efektif mengolah sampah organik dari tumbuhan menjadi pupuk kompos.
Selain itu, penggunaan eco enzim juga dapat menghemat pengeluaran rumah tangga karena dapat menggantikan produk-produk kimia yang harganya relatif lebih mahal.
Lanjutnya, Eco enzym merupakan larutan hasil fermentasi dari sampah organik rumah tangga, seperti sisa buah, sayuran, gula sabu, dan air. Larutan ini memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan seperti, pupuk organik, dan pengusir hama pada tanaman.
Selama pelatihan, para peserta belajar tentang cara memilih bahan, proses fermentasi, hingga pemanfaatan eco enzyme yang dihasilkan. Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka mengikuti setiap sesi, mulai dari teori hingga praktik langsung.
Untuk menghasilkan cairan hasil fermentasi limbah organik rumah tangga, seperti kulit buah, sayur, daun, gula sabu dan air.
Hasil fermentasi menghasilkan cairan berwarna coklat kehitaman dengan aroma asam manis segar.
“Saya berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti sebagai pengetahuan, tetapi menjadi langkah awal dalam membentuk kebiasaan ramah lingkungan dan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, "ujarnya.
Untuk diketahui, kegiatan diikuti oleh 27 orang peserta. (*Jom)