Pdt Femy Susanti Neno, S.Th
Menia, Pelopor9.com - Jelang perayaan Natal 25 Desember 2025 dan Tahun baru 1 Januari 2026 (Nataru), Ketua Majelis Klasis (KMK) Sabu Barat-Raijua, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pdt Femy Susanti Neno, S.Th., dalam suara gembala menghimbau kepada seluruh jemaat kristiani untuk memaknai kehadiran Allah dan menjauhi kegaduhan yang mengarah kepada konflik.
Tema Natal 2025 “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” sebagaimana disaksikan dalam Matius 1:21–24. Merupakan cerminan atas realitas kehidupan keluarga di Sabu Raijua, di mana tidak sedikit keluarga terluka oleh praktik judi yang menguras penghasilan dan menumbuhkan pertengkaran.
Perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 hendaknya tidak menjadi sumber kegaduhan dan konflik, tetapi menjadi kesaksian bahwa kehadiran Allah sungguh membawa damai bagi keluarga dan masyarakat luas.
Konsumsi minuman keras yang melumpuhkan tanggung jawab orang tua, oleh perkelahian yang meninggalkan trauma bagi anak-ana. Ujaran kebencian dan berita hoax yang merusak relasi, perilaku merusak alam, serta oleh perilaku ugal-ugalan di jalan yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa dan menghancurkan masa depan keluarga.
“Natal mengingatkan bahwa Allah tidak berkenan pada kebiasaan hidup yang merusak keluarga, sebab Anak yang lahir di Betlehem datang untuk menyelamatkan, bukan menghancurkan; memulihkan, bukan mencederai”, katanya, Senin (22/12/25).
Tema Natal 2025 ini sebagai dasar pertobatan keluarga, yakni keberanian untuk meninggalkan kebiasaan lama yang selama ini dianggap biasa, tetapi sesungguhnya menghancurkan relasi suami-istri, merusak teladan bagi anak-anak, dan melemahkan kesaksian iman di tengah masyarakat.
“Merayakan Natal dengan mabuk, perjudian, perkelahian, ujaran kebencian, merusak alam, dan kebut-kebutan di jalan bukanlah tanda sukacita Natal, melainkan tanda bahwa keluarga telah kehilangan arah dan butuh pemulihan”, ujarnya.
Tema Natal 2025 juga meneguhkan panggilan gereja dan jemaat untuk menjaga kondusifitas wilayah dan memperkuat toleransi antar umat beragama.
Sebab keluarga Kristen hidup berdampingan dengan keluarga dari latar belakang iman yang berbeda dalam satu ruang sosial yang sama. Ketertiban, keamanan, dan sikap saling menghormati bukan hanya kewajiban sosial, melainkan wujud nyata dari iman yang bertanggung jawab.
“Natal justru mengajak keluarga untuk merayakan kehadiran Allah melalui ibadah bersama, percakapan yang membangun, pengendalian diri, serta sikap saling menjaga, termasuk menjaga keselamatan di jalan raya dan juga menjaga alam sebagai wujud penghormatan terhadap kehidupan yang adalah anugerah Tuhan”,ajaknya.
Dia mengajak, melalui perayaan Natal yang dimaknai secara benar, Allah yang hadir dalam Yesus Kristus sungguh menyelamatkan keluarga-keluarga di Sabu Raijua, memulihkan relasi yang retak, meneguhkan iman, dan membawa pengharapan baru bagi kehidupan bersama di masa yang akan datang.
Gereja mengajak seluruh jemaat dan masyarakat Sabu Raijua untuk menjadikan tema Natal ini sebagai komitmen hidup bersama, yakni membangun keluarga yang takut akan Tuhan, menolak segala bentuk kekerasan dan perilaku destruktif, serta menumbuhkan budaya hidup yang menghargai keselamatan, kedamaian, dan martabat manusia, secara jujur dengan berkata benar untuk yang benar dan salah untuk yang salah.
“Kelahiran Yesus Kristus, yang dinyatakan sebagai Dia yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa, tidak terjadi dalam ruang yang terpisah dari realitas keluarga, melainkan justru hadir di dalam pergumulan sebuah keluarga sederhana, yakni keluarga Yusuf dan Maria, yang bergumul dengan rasa takut, ketidakpastian, dan tekanan sosial, namun memilih taat kepada kehendak Allah”,ujarnya. (R-1/*tim)