Gereja Laktutus Gunakan Batu Alam
Belu, Pelopor9.com - Pembangunan Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Laktutus menggunakan batu alam. Batu warna merah hati seperti bata.
Pastor Paroki Laktutus, Yohanes Kristo Tara, OFM mengatakan gereja yang dibangun pada lahan seluas kurang lebih 1.200 meter persegi. Batu alam yang digunakan merupakan sumbangan umat.
Kepada wartawan di sela-sela acara penutupan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-106 di Desa Fohoeka Kecamatan Nanaet Dubesi Kabupaten Belu, Kamis (31/10/19), mengapresiasi partisipasi umat yang punya kesadaran membangun rumah ibadah.
"Ini terlihat dari sumbangan material lokal seperti batu, kayu dan terutama para tukang yang berasal dari setiap lingkungan di Paroki Laktutus. Kita hanya beli semen, baja dan beton dan beberapa kebutuhan lain," jelas Pater Kristo demikian akrab disapa.
Dijelaskan, gereja ini dibangun sejak tahun 2015. Pembangunan gereja dilakukan karena gereja lama yang dibangun sejak tahun 1968 tidak mampu menampung umat ketika beribadah.
Jumlah umat Paroki Laktutus terus bertambah, sehingga Paroki Laktutus yang dimekarkan dari Paroki Roh Kudus Halilulik sejak tahun 2004, perlu memiliki bangunan sendiri. Umat Paroki Laktutus kurang lebih 4.000 jiwa.
Kepala Desa Fohoeka, Agustinus Berek, mengatakan pembangunan gereja dilakukan secara gotong-royong sejak perencanaan sampai pelaksanaan pembangunan fisik.
Dewan Pastoral Paroki Laktutus dan panitia pembangunan gereja selalu duduk bersama saat merencanakan dan melaksanakan pembangunan gereja. Beberapa kali ritual adat dilakukan selama pekerjaan pembangunan gereja berjalan.
"Kami kerja keras dan kerja sama-sama dengan membagi jadwal kerja untuk setiap kelompok umat basis (KUB) mulai hari Senin sampai Sabtu," kata Kades Agustinus.
Ditegaskan, umat yang terlibat dalam pembangunan gereja tersebar di empat wilayah desa di Kecamatan Nanaet Dubesi yakni Desa Fohoeka, Desa Nanaenoe, Desa Dubesi dan Desa Nanaet.
Selama pembangunan berjalan, kata Kades Agustinus, sudah dikunjungi orang dari berbagai daerah tidak hanya Kabupaten Belu akan tetapi kabupaten-kabupaten lain. Warga untuk menyaksikan pembangunan serta berswafoto.
Bangunan gereja diakuinya memiliki daya tarik tersendiri terutama menggunakan batu alam dan bahan lokal, dengan arsitektur bangunan yang menyerupai bangunan-bangunan di Eropa dan Timur Tengah.
"Ada juga yang mengatakan bentuknya serupa dengan setengah bangunan rumah suku di sini," tambah Kades Agustinus.
Selanjutnya, tidak menutup kemungkinan bangunan gereja dan lokasi ini akan menjadi salah satu objek wisata rohani ke depan. (R-1/ans).