Aktivis Bicara Penanganan Sampah Kota Kupang

Foto Bersama Usai Diskusi Penanganan Sampah Di Kota Kupang

Kupang, Pelopor9.com - Persoalan sampah di Kota Kupang harus menjadi persoalan bersama. Membangun kesadaran dan mengedukasi seluruh elemen masyarakat dan pihak terkait.

 

Demikian inti sari diskusi terbatas 20 aktivis peduli sampah di Kota Kupang di aula C & A, pusat oleh - oleh khas NTT, Sabtu (1/6/19).

 

Salah satu peserta diskusi, Rikardus Outniel Yunatan mengatakan bahwa masalah sampah di Kota Kupang adalah perubahan perilaku dan pola pikir. Sampah sudah semestinya dipandang sebagai sesuatu yang bernilai jual dan menghasilkan uang.

 

"Saya sudah buktikan bahwa sampah bisa jadi duit. Bukan bagaimana sampah itu dibuang tetapi bagaimana jadi duit,"ujar pemilik C & A, pusat oleh - oleh khas NTT yang mengelola kerajinan daur ulang ini.

 

Peserta lainnya, Stef Mira Mangngi, menuturkan, ada dua aspek masalah penanganan sampah. Aspek sosial dan kebijakan pemerintah.

 

Aspek sosial adalah berbicara lingkungan dan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarang. Sementara aspek kebijakan meliputi keseriusan pemerintah dalam penerapan peraturan sampah.

 

Dikisahkannya, volume sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Kupang sekitar 400 ton setiap hari. Berbagai upaya pemerintah dan masyarakat, baru sekitar 200 ton yang tertangani. Sisanya masih menjadi persoalan. 

 

Lanjutnya, dibutuhkan cara - cara luar biasa dalam penanganan sampah. Bagaimana menggerakan masyarakat berpartipasi dalam mengelola sampah? Bisa memaksimal kelompok peduli sampah. 

 

"Saya kira pak Walikota (Jefirstson Riwu Kore) sudah sangat serius menangani sampah. Namun jadi masalah, merubah kebiasaan masyarakat yang masih sulit,"Katanya. 

 

Ian Haba Ora, menambahkan, hal yang tidak bisa dilupakan dalam penanganan sampah adalah membina kelompok masyarakat berbasis pemberdayaan. Melibatkan seluruh komponen, termasuk tokoh Agama, Masyarakat dan tokoh Pemuda.

 

Dirinya mencontohkan di Kota Bogor Jawa Barat sudah dilaksanakan pola pemberdayaan masyarakat. Pendekatan pemimpin agama, yaitu sampah menjadi tabungan.

 

"Ekonomi berbasis sampah ini yang belum jalan. Kalau di Bogor, sampah dibuatkan bank sampah, dan mengumpulkan di rumah ibadah sebagai tabungan. Masyarakat diberikan buku tabungan,"ujarnya.(R-1)