Dua Tahun Terakhir, 58 Balita Raijua Gizi Buruk

Ilustrasi, Papan Pelabuhan Raijua

Raijua, Pelopor9.com- Angka balita gizi buruk di kecamatan Raijua Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur. Sebanyak 33 orang balita gizi buruk di tahun 2018. Sementara pada tahun 2019 terdapat 25 kasus balita gizi buruk. 

 

Kepala Puskesmas Ledeunu Raijua, Mangngi Rihi Rona, mengatakan bahwa data gizi buruk dan gizi kurang tersebar di tiga desa dan empat kelurahan se kecamatan Raijua.

 

Lanjutnya, gizi buruk terjadi dikarenakan beberapa faktor. Kurangnya pemberia Air Susu Ibu (ASI) selama masa menyusi. Kedua, kondisi ekonomi keluarga. Orang tua tidak memperhatikan ASI secara baik dan pergi merantau bekerja di luar daerah.

 

“Kebanyakan ibu-ibu di Raijua sini orang muda, mereka merantau untuk mencari nafkah di tanah orang. Setelah melahirkan, balita yang harusnya menyusui ditanggalkan sama nenek kakek hanya bermodal air susu toko lalu mereka kembali lagi ke tempat di mana mereka kerja. Sehingga anak mereka tidak dirawat dengan baik,”ujarnya kepada, Pelopor9.com di ruang kerja PKM Ledeunu, Senin (19/8/2019). 

 

Menurutnya, pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten telah melakukan penanganan terhadap 58 orang balita gizi buruk,  melalui Pusat layanan Kesehatan Masyarakat (PKM) Ledeunu Raijua melakukan pemberian makanan untuk Pemulihan Gizi, makanan gizi siap saji (therapeutic feeding) semacam biskuit. Pemberian vitamin dan obat - obatan.

 

Lebih lanjut dijelaskan, dalam penanganan terhadap balita gizi buruk dan balita gizi kurang tidak hanya sebatas makanan gizi siap saji yang dialokasikan pemerintah. Pihaknya melakukan penanganan dengan mengkonsumsi puding yang diolah dari daun kelor.

 

“Kita di Raijua ini dalam menangani anak-anak yang gizi buruk dan kurang gizi, kita buat puding dari daun kelor untuk kasi makan mereka sebagai asupan nutrisi tambahan,"ujarnya.

 

Sebelumnya diberitakan, Bupati Sabu Raijua (Sarai), Nikodemus Rihi Heke dalam pidatonya pada HUT RI ke 74 tingkat Kabupaten Sabu Raijua, Sabtu (17/8/19) mengajak masyarakat untuk menanam dan mengkonsumsi daun kelor.

 

Sementara data dinas Kesehatan Sabu Raijua per 31 Juli 2019, Puskemas Ledeunu mencatat 498 orang balita gizi buruk dan gizi kurang. Sebanyak 150 balita gizi kurang dan 348 gizi kurang. (R-1/Jom).