Andreas Aprianus Ropilus Koro, S.Pd, [inzet]
OPINI: Pendidikan Kita antara Kecemasan dan Harapan
Oleh : Andreas Aprianus Ropilus Koro, S.Pd*
Peradaban modern membuat Sebagian besar manusia cermat menyiapkan masa depannya. Generasi yang semata memikirkan masa lampau dan hari ini saja dianggap pecundang. Lalu apa yang membuat manusia terobsesi pada masa depan? Mungkin salah satu dari sekian banyak jawaban ialah kebergantungan manusia pada zona nyaman, ia merasa terganggu ketika hal-hal baru yang mengancam yang datang dari luar dirinya. Alhasil, manusia cenderung selalu memikirkan masa depannya (egosentris).
Tentu amatlah baik merancang masa depan, sejauh kita tidak terperangkap dalam kecemasan. Jangan sampai terlalu memikirkan masa depan, kita malah tidak sanggup menikmati hari ini. “ you chan’t changes the past , but you can ruin the present by worrying over the future”.
(Anda tidak dapat mengubah masa lampau, tapi anda merusakkan masa kini dengan merisaukan masa depan). Dengan menikmati hari ini, kita tetap memiliki masa depan tanpa harus selalu memusingkannya. Bagaimanapun, masa depan adalah rentetan dari ribuan hari pada masa sekarang.
“educatioan Is the second sun to its prossessor” . Pendidikan adalah seperti matahari kedua bagi pemiliknya demikian sebuah ungkapan klasik Herkleitos . Realitas dunia Pendidikan kita juga kian hari, kian mencemaskan yang memperlihatkan sebuah atmosphere Pendidikan kita tidak berfungsi lagi sebagai matahari, cahayanya kian hari, kian redup lantaran Pendidikan kita terbawa dalam arus modernisasi dan hedonism yang kadang mengabaikan nilai dan moral, atau lebih dikenal dengan Pendidikan karakter sehingga output dari Pendidikan kita tidak membentuk manusia yang tumbuh secara seimbang baik dari aspek intelegensi (kecerdasan intelektual) , kecerdasan emosional (psiko emosional), kecerdasan spiritual (psiko spiritual) dan kematangan seksual (psiko seksual).
Lagu-lagu yang dibawakan oleh Iwan Fals seperti “Badut” yang berkisah tentang kebohongan politisi, Bento yang berbicara tentang kedunguan manusia, Kuda Lumping yang berbicara tentang manusia yang lupa diri atau bongkar yang mengisahkan tekad untuk memerangi kebiadaban adalah lirik-lirik yang menggambarkan kegagalan manusia dalam mencari jati dirinya berarti manusia telah kehilangan akal sehatnya.
Dunia Pendidikan kita sepertinya sudah dipolitisir oleh kaum politisi, sehingga ia bertumbuh kerdil. Ada indikasi dari kebijakan politik yang kadang mengorbankan dunia Pendidikan kita, yang hanya memperoleh Pendidikan formal adalah orang-orang berada (berpenghasilan menengah ke atas) lantaran kaum marginal tetap hidup dibawa himpitan kaum kapitalis.
Sebagai salah satu contoh, kaum petani bekerja keras untuk suatu tujuan mulia untuk menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke Perguruan Tinggi (PT), dengan berusaha menanam tanaman komoditi, sayangnya setelah dipanen dan dijual harganya seenaknya saja ditentukan oleh para pedagang, sedangkan harga harga bahan pokok kian hari, kian melangit , ini hanya contoh kecil dari sekian banyak fenomena yang dialami kaum petani, yang tentunya berpengaruh pada dunia Pendidikan kita.
Dimanakah peran pemerintah kita? Pemerintah sebagai produk kebijakan, mestinya melihat fenomena kehidupan secara menyeluruh dari setiap bidang kehidupan yang pastinya berpengaruh pada Pendidikan kita sehingga kecemasan yang dialami oleh kaum kecil akan masa depan dan Pendidikan anak-anak menjadi harapan dan kenyataan.
Masa lalu (past time) merupakan Sejarah, masa depan (future), itu misteri , dan masa sekarang (present) adalah anugerah. Untuk apa kita begitu sibuk menguak misteri masa depan hingga kita lupa bahwa hari ini adalah anugerah. Maka yang paling penting adalah menyadari kearifan dan kebijaksanaan hidup saat ini tanpa harus terobsesi berlebihan akan masa depan. Marilah kita terima realitas hari ini sembari dengan bijak menatap hari esok. Semoga Pendidikan kita tetap menjadi sang Mentari bagi pemiliknya, yang cahayanya senantiasa menerobos kegelapan dunia yang kian hari, kian mencemaskan.
Pendidikan Dari, Oleh dan Untuk Kita
Menelaah dunia Pendidikan kita, ada banyak factor-faktor penggerak yang mau tidak mau harus kita jalankan seiring dengan perkembangan dunia Pendidikan seiring dengan perubahan Zaman. Factor-faktor penggerak penguasaan diri inilah yang perlu kita tanamkan dalam setiap perjuangan proses Pendidikan kita, demi perolehan proses pembaharuan manajemen Pendidikan dari, oleh dan untuk kita.
Proses Pendidikan yang membutuhkan tiga kancah perjuangan yang perlu ditanamkan dalam diri yaitu Pendidikan dari kita, Pendidikan oleh kita dan Pendidikan untuk kita. Ini merupakan proses pembaharuan diri dalam menelaah Pendidikan yang termotivasi dari dalam diri sendiri yang didorong oleh motivasi eksternal demi peningkatan mutu Pendidikan dalam diri. Oleh karena itu, perlu kita perhatikan proses pendidikan yang ditanamkan dalam diri kita.
Pendidikan dari kita
Banyak orang mempertanyakan dari mana Pendidikan itu dan banyak orang pula mendefinisikan Pendidikan berdasarkan literatur-literatur yang pernah mereka baca tanpa menyadari bahwa Pendidikan itu sesungguhnya berasal dari diri sendiri.
Hal inilah yang perlu dibenahi oleh setiap kita bahwa sesungguhnya Pendidikan berasal dari diri kita dan ditopang oleh lingkungan keluarga, sekolah dan Masyarakat. Oleh karena itu setiap perjuangan pribadi kita entah itu gagal atau sukses perlu direfleksikan.
Apakah saya sungguh memperhatikan nilai Pendidikan dalam diri sendiri ataukah pasif memperhatikan bahwa berkembang atau merosotnya bagi saya biasa-biasa saja tanpa memperhatikan bahwa dalam diri sendiri sebenarnya ada potensi-potensi yang perlu dikembangkan demi membangun perkembangan diri yang seimbang dan cerdas secara intelek, emosional, kecerdasan seksual dan sebagainya.
Namun banyak orang belum menyadari termasuk anda dan saya bahwa sebenarnya potensi-potensi pribadi perlu dikembangkan demi kemajuan dalam diri yang berdampak positif bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Pendidikan oleh kita
Dalam perjuangan kita untuk menata Pendidikan senantiasa ada pertanyaan yang muncul baik dari diri sendiri maupun dari siapa Pendidikan itu berasal? Dan jawaban penuh keyakinan adalah Pendidikan berasal dari kita atau diperoleh dari kita. Kita sepertinya berdiri di persimpangan jalan dengan banyak arah, kita dituntut untuk bersikap bijaksana dalam menentukan pilihan, cabang atau arah mana yang mesti kita tempuh. Perlu juga adanya kemauan untuk mengembangkan potensi dalam diri.
Pendidikan untuk kita
Persoalan sekarang ialah kepada siapa Pendidikan itu akan diterapkan? Dalam penerapan Pendidikan untuk diri sendiri pasti ada banyak persoalan atau kesulitan yang dialami namun apapun persoalan atau kesulitan harus hadapi dengan sikap mawas diri Dimana kita dituntut untuk memaknai persoalan dan kesulitan sebagai guru kehidupan sebab berguru untuk diri sendiri jauh lebih berat dibanding berguru bagi orang lain.
Berguru untuk diri sendiri berarti memaknai Pendidikan untuk diri sendiri demi kemajuan diri dan perkembangan dunia Pendidikan. Oleh karena itu setiap kita diharapkan secara terus menerus mengembangkan dunia Pendidikan kita semoga Pendidikan yang belum Nampak dalam kehidupan kitab isa menjadi sebuah literatur hidup untuk dipelajari oleh orang lain. Sebab sangat sulit berguru kepada diri sendiri dibanding berguru kepada orang lain. Pendidikan dari kita, oleh kita dan untuk kita, dan akan selalu menjadi landasan kehidupan kita.
Apabila selalu dan terus mempelajari dunia Pendidikan yang mengglobal ini. Kita ada untuk mempelajari Pendidikan dan Pendidikan ada untuk kita pelajari. Sukseskan dunia Pendidikan selagi kita mampu untuk mempelajari, atau menimbah untuk diterapkan kepada orang lain.
“Lebih baik merasa bodoh dan membuat kita terus belajar daripada merasa sudah tahu semuanya” (Dian Sastrowardono)
Selamat Hari Guru Nasional 25 November 2024. Sehat selalu seluruh guru di tanah air demi mencerdaskan anak Bangsa. (R-1/***)
*Pengajar muda SMA Negeri 1 Raijua