Kisah Anak Pandai Besi dari Rai Hawu, Menjuarai Sejumlah Lomba

Lidia Lestari Kitu Manu, Foto: Istimewa

Kefamenanu, Pelopor9.com – Kerja keras dan ketekunan pasti membuahkan hasil. Hasilnya ya dan pasti. Inilah yang dipegang teguh oleh Lidia Lestari Kitu Manu dalam menempuh pendidikan.

 

Lidia, sapaan karib adalah Putri sulung dari pasangan, Yohanes Kitu Manu dan Ibunda Yuli Manno ini. Ayahanda adalah seorang Pandai Besi di Liae Sabu Raijua. Ibunda menjadi seorang Tenaga Kontrak di Rai Hawu, sebutan Kabupaten Sabu Raijua ini.

 

Terlahir dari keluarga sederhana, tidak menyurutkan semangatnya dalam menyelesaikan pendidikan. Ia harus berjalan kaki ke sekolah sejauh 5 km. Tak diantar dengan sepeda motor seperti anak lain pada umumnya.

 

Seusai pulang Sekolah, ia harus membantu sang ayah mencari kayu api. Menjual Pisau, Parang dan perkakas lainnya. Juga membantu ibunda di kebun serta membereskan rumah. Hampir tak ada kesempatan istirahat siang.

 

Belum lagi tugas dari sekolah menanti. Gadis kelahiran Kupang 21 Mei 2000 ini, selalu mengerjakan tugas sekolah tanpa menunda hari esok. Prinsipnya, tugas hari ini maka selesaikan hari itu juga.

 

“Kalau pulang sekolah, selalu bantu orang tua. Dia juga dikasi ingat, ada tugas dan Kami suruh pi (Pergi) sudah, kerja tugas,”ujar Yuli Manno pada media ini, Selasa (18/06/19). 

 

Diakui ibunda Yuli, Lidia adalah anak yang sangat rajin dan pintar dalam keluarga. Suka membaca buku sejak kecil. Kepandaiannya, juga digunakan  membantu teman sebangkunya mengerjakan tugas sekolah.

 

Dalam kamus pendidikannya, daftar hadir tak

boleh kotor. Sakit demam sedikit, mesti berangkat ke Sekolah dan harus mengikuti pelajaran. Rasa sakit akan hilang, jika sudah menerima pelajaran.

 

“Dia punya rapor tidak pernah kotor, paling sayang kalau kotor sedikit dan tidak pernah kotor,”kata Ibunda.

 

Lidia juga pintar dalam mengelola keuangan, apabila ada uang jajan. Ataupun dapat bonus seusai lomba. Tidak dibelanjakan makanan ringan namun ditabung dan membeli buku.

 

Giat membaca alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menia Sabu Raijua 2018 ini, sudah ada sejak bangku Sekolah Dasar. Baginya, membaca layaknya mengelilingi dunia dalam imajinasi pikiran.

 

Ada rasa lebih, serta pengetahuan baru didapat. Bacaan apa selalu dilalap. Bak minum Tuak Sabu dengan Landak Laut yang dicampur Ai Kedoha, Cuka Sabu. Selalu enak dibaca. Namun umumnya, buku bacaan bersifat ilmu pengetahuan.

 

“Saya suka baca cerita novel, Komik. Pakoknya samua Buku yang enak dibaca. Yang topiknya menarik dan berguna,”ungkap pengagum Novel Boy Candra ini.

 

Semangat belajar dan membaca inilah, mengantarkan gadis berlesung pipit ini, mengikuti sejumlah lomba di tingkat lokal, tingkat Kabupaten se Propinsi Nusa Tenggara Timur maupun di tingkat Nasional.

 

Tahun 2017, tercatat mengikuti pertukaran pelajar se Indonesia di Ambon mewakili Kabupaten Sabu Raijua. Di tahun 2017 juga, berhasil membanggakan sekolah sebagai Juara Faforit Lomba Debat Visi misi Sabu Raijua tingkat SMA, SMK Se kabupaten Sabu Raijua.

 

Tak hanya itu, ketekunan dalam belajar berhasil mengukuti, Lomba Debat Bahasa Indonesia SMA, SMK se Nusa Tenggara Timur di Ende tahun 2018.

 

Kebiasaannya mengikuti lomba, membuat semakin percaya diri. Ia kembali menjadi juara harapan 3 Putri dalam Lomba Pidato HIV/AIDS tingkat SMA, SMK Se Kabupaten Sabu Raijua tahun 2018.

 

Lomba debat Se Provisi Nusa Tenggara Timur mewakili Sabu Raijua  di kupang tahun 2018, juga diikutinya, dan masuk 5 besar.

 

Meskipun dengan sederet prestasi itu, tak satupun beasiswa dari sekolah maupun beasiswa pemerintah daerah Sabu Raijua, ia dapatkan. “SD Pernah dapat beasiswa. SMP dan SMK tidak dapat,”kesalnya. 

 

Prestasi yang gemilang itu, memuluskan langkah Gadis 7 bersaudara ini, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia diterima di kampus Universitas Timor, jurusan Teknologi Informasi lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mendapat beasiswa Bidikmisi.

 

Beasiswa inilah menjadi tumpuan harapan dalam meraih cita – cita. Uang semesteran sudah bisa ditanggung beasiswa, dan sebagian biaya hidup. Sisa kebutuhan, minta dengan orang tua dan keluarga.

 

“Uang beasiswa Bidikmisi cukup untuk bayar uang Semester. Untuk beli peralatan alat tulis minta dari Sabu juga,”pungkas Mahasiswa semester 2 Unimor ini. 

 

Baginya, dipilihnya jurusan Teknologi karena sesuai degan perkembangan jaman. Saat ini, semua hal berpacu dengan kecepatan informasi. Sehingga dengan menguasai teknologi dan informasi akan semakin mudah dalam menjalan aktivitas.

 

Prestasi Lidia, terus terbawa sampai di kampus Unimor. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hampir sempurna, yakni 3.62. Karena prestasi dan peragaulan. Ia bergabung dalam komunitas Film Pendek Sinematografi Unimor sebagai pemeran viguran.

 

Lidia harus berpacu dengan waktu, ia menargetkan selesai studi sebelum semester 8. Ia tak sabar bekerja dan membalas  jasa adiknya yang sudah merantau bekerja membantu keuangan orang tua.

 

Niat besarnya untuk melanjutkan masih terbuka lebar. Namun terkendala keuangan, semoga ada beasiswa lagi untuk Stara dua (S2), (Pelipus Libu Heo).