Kapolsek Malaka Barat, Iptu I Wayan Budiasa
Malaka, Pelopor9.com - Pembunuhan ANK TS, warga Desa Maktihan Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka, Sabtu (20/3/21) menyingkapkan sejumlah pertanyaan. Berbagai pertanyaan itu menyimpan rahasia. Jangan sampai musibah itu terjadi karena adanya motif perencanaan.
Berikut ini penjelasan Kapolsek Malaka Barat, Iptu I Wayan Budiasa ketika ditemui sejumlah awak media di Mako Polsek Malaka Barat, Minggu (21/2/21) siang.
Kapolres Malaka, AKBP Albert Neno melalui Kapolsek Malaka Barat, Iptu I Wayan Budiasa kepada sejumlah awak media mengatakan proses hukum kasus tersebut sementara berjalan. Saat ini, pihaknya melakukan penyelidikan kasus. Sejumlah saksi sudah diperiksa dan beberapa barang bukti berhasil diamankan diantaranya batu, pecahan kaca dan sebuah unit sepeda motor.
Penyidik terus mengembangkan penyelidikan agar kasus ini berhasil diungkap agar menjadi terang-benderang. Penyelidikan intens dilakukan untuk mengungkap motif apa di balik kasus pembunuhan warga Desa Maktihan tersebut.
Sesuai olah tempat kejadian perkara (TKP), kata Ipu I Wayan Budiasa belum sampai pada motif pembunuhan karena pihaknya masih mendalami sejumlah alat bukti dan barang bukti. Karena, DK (41), warga Desa Besikama yang diduga tersangka masih berprilaku sesuai tata krama dan etika masyarakat setempat saat mendatangi rumah korban.
"Tapi, saat datang di rumah korban, tersangka ketuk pintu dan masuk," ujarnya sambil mengatakan kalau tersangkanya gangguan jiwa maka pihaknya harus memastikan psikologi tersangka dan terus mendalami kasus untuk menemukan motif yang sebenarnya.
Dina, salah satu penghuni rumah korban kepada para wartawan di rumah duka, Minggu (21/2/21) siang mengisahkan pelaku masuk ke dalam dan menanyakan tuan rumah dengan membawa batu di kedua tangannya. Karena tidak melihat tuan rumah, pelaku masuk ke dalam kamar keluarga korban.
Dina mengatakan korban dan isterinya tidak berada di kamar tersebut. Korban sementara duduk di balik daun pintu kamar tengah, sehingga tidak dilihat pelaku. Sedangkan, NUR isterinya berada di ruangan makan. Saat itu, NUR masuk di salah satu kamar dekat ruangan makan untuk bersembunyi ketika mendengar keributan.
Dina juga mengaku sempat berkomunikasi dengan pelaku dalam jarak kurang lebih enam meter di kamar tengah yang dijadikan ruangan rekreasi keluarga. Dia (red, Dina) mendengar bunyi ketika pelaku berada di kamar keluarga korban. Ternyata, pelaku menghancurkan perabot-perabot dalam kamar. Saat itu, Dina menghindar dan berlari ke belakang rumah untuk bersembunyi karena takut.
Sesuai pantauan sejumlah awak media di rumah duka, Minggu (21/2/21) siang, situasi semua ruangan dalam rumah tidak begitu berantakan, seolah-olah kejadian naas itu ditemukan adanya indikasi motif pembunuhan yang direncanakan. Sejumlah perabot rumah tangga yang diletakan di kamar tengah seperti lemari kaca dan televisi tidak dirusakan pelaku. Termasuk Dina yang sempat berkomunikasi dengan pelaku tidak diperlakukan secara kejam sebagaimana yang dialami korban.
Pelaku mendatangi rumah korban dengan mengenderai sebuah unit sepeda motor Honda, Minggu (21/2/21) sekitar pukul 14. 00 Wita. Saat itu, suasana rumah korban yang terletak di pinggir jalan utama Betun-Besikama tampak sepi. Padahal, tidak seperti biasanya. Rumah itu sering dikunjungi sanak keluarga dan warga setempat karena korban seorang tokoh pemangku adat dan pengurus Gereja Paroki Kleseleon.
Informasi yang dihimpun media ini di rumah duka, pelaku bukanlah orang gila atau penderita penyakit epilepsi yang disebut-sebut saat kejadian. Tidak mungkin orang gila mengenderai sepeda motor untuk bepergian. Demikian pun, seorang penderita epilepsi tidak mungkin melakukan tindakan sejahat demikian. Seorang yang menderita epilepsi akan diam di tempat dan tidak bisa berbuat apa-apa. Epilepsi yang diderita akan muncul pada waktu tertentu dan segera pulih kembali.
Kalau pelaku itu orang gila, maka dia (red, pelaku) akan menghancurkan semua perabot dalam rumah termasuk menganiaya para penghuni rumah.
Demikian juga, pelaku yang disebut-sebut sebagai orang gila selama ini tidak akan membawa benda tajam seperti pisau yang dibungkus dengan payung saat mendatangi rumah korban dan menyimpannya di balik pintu masuk rumah tersebut.
Sehingga, keluarga korban berharap aparat penegak hukum Polsek Malaka Barat Polres Malaka harus berusaha agar mengungkap motif pembunuhan untuk membuka rahasia yang terus dipergunjingkan masyarakat setempat dan keluarga. Keluarga korban menginginkan proses hukum harus tuntas. Jangan sampai ada motif perencanaan di balik kejadian naas yang memilukan tersebut. (R-1/tim/ans).