Raijua, Pelopor 9.com - Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi tantangan di tingkat daerah maupun tingkat Nasional masih terdapatnya balita gizi buruk. Sebanyak 166 balita di Sabu Raijua mengalami gizi buruk di tahun 2019.

Hal tersebut disampaikan  Plt Asisten perekonomian dan pembangunan lingkup pemerintah kabupaten Sabu Raijua, Mansi Raymond Kore, saat membacakan sambutan tertulis bupati Sabu Raijua pada upacara memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 di halaman kantor kecamatan Raijua kabupaten Sabu Raijua, Sabtu (17/8/19).

Menurutnya, pada tahun 2018 lalu jumlah balita yang mengalami gizi buruk di kabupaten sabu Raijua mencapai 144 anak. Sementara data sampai dengan Juni tahun 2019 naik menjadi 166 orang.

“Pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran untuk pemberian obat-obatan dan makanan tambahan bagi pemulihan balita gizi buruk dan ibu hamil kurang energi kronik serta memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat,”ujarnya.

Sementara itu, pemberian jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) dalam bentuk BPJS yang telah mencapai (23.000) jiwa dan akan terus diperluas hingga  menjangkau seluruh masyarakat tanpa kecuali. 

Pada tahun 2019, pemerintah juga bekerjasama dengan RSUD WZ Yohanes kupang untuk rujukan pasien, kerjasama dengan fakultas kedokteran universitas Hasanuddin Makassar untuk mendapatkan dokter spesialis kandungan, spesialis anak dan penyakit dalam.

Sedangkan kerjasama dengan kementerian kesehatan RI untuk penempatan 3 orang dokter spesialis di kabupaten sabu Raijua.  Selain itu, pemerintah terus meningkatkan mutu layanan sarana dan prasarana kesehatan di RSUD maupun puskesmas dan Pustu di Sabu Raijua.

Diketahui, data dinas Kesehatan Sabu Raijua per bulan Juli 2019 terdapat 350 balita gizi buruk dan 1012 balita mengalami gizi kurang. Jumlah tersebut tersebar pada 6 Puskesmas di Sabu Raijua yakni, puskesmas Ledeunu, Daieko, Eilogo, Seba, Eimadake, dan Puskesmas Bollou. (R-1/Jom).a