Peta Pulau Sabu dan Raijua, Foto: Google Maps
Menia, Pelopor9.com - Demi mengatasi masalah stunting dan gizi buruk yang terjadi di Kabupten Sabu Raijua (Sarai). Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke mengajak masyarakat untuk menanam dan mengkonsumsi daun kelor.
“Pemerintah terus meminta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk budaya tanam kelor. Jadikan menu daun kelor sebagai menu utama setiap hari dalam rumah tangga. Kandungan vitaminnya cukup tinggi, ini juga mengatasi stunting dan gizi buruk,”kata bupati dalam pidatonya pada HUT RI ke 74 tingkat Kabupaten Sabu Raijua, Sabtu (17/8/19).
Dia meminta agar setiap rumah tangga, memanfaatkan pekarangan dan kebun untuk menanam dan budidaya kelor. Selain sebagai sayur yang bermutu tinggi, daun kelor pun mempunyai nilai ekonomis yang bisa menambah penghasilan keluarga.
“Selain untuk mengatasi stunting dan gizi buruk, kelor juga punya nilai ekonomi tinggi. Saat ini lagi dikembangkan besar-besaran di NTT yang dicanangkan oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan kita di Sabu Raijua sedang membudidayakan tanama kelor,”ungkapnya.
Dikatakannya, tanpa susu dan sayur-sayuran lainnya yang mengandung vitamin, kelor adalah solusi yang paling ampuh dalam mengatasi masalah stunting dan gizi buruk, dengan mengkonsumsi kelor, tidak mnegeluarkan biaya yang banyak untuk bisa mendapatkan makanan sehat.
Sementara, Wakil Ketua I DPRD Sabu Raijua, Ruben Kale Dipa menyambut baik akan ide bupati, karena memang itu menjadi program Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat.
Dirinya menyayangkan, tanaman kelor yang ditanam selama ini di Sabu Raijua banyak yang mati.
"Bagus itu, Bupati kan mau ikut programnya Gubernur, tapi sayangnya setelah ditanam kok semua mati karena kekeringan kecuali Bupati bantu masyarakat degan pengadaan air agar bisa menyiram pada musim kemarau begini,"Ujar Rukadi, sapaan Ruben Kale Dipa ini.
Data stunting dan gizi buruk di Sabu Raijua terus meningkat. Balita gizi buruk sampai dengan Juni tahun 2019 naik menjadi 166 orang.
Sementara, data per bulan Juli 2019 terdapat 350 balita gizi buruk dan 1012 balita mengalami gizi kurang. Jumlah tersebut tersebar pada 6 Puskesmas di Sabu Raijua yakni, puskesmas Ledeunu, Daieko, Eilogo, Seba, Eimadake, dan Puskesmas Bollou. (R-2/Fwd).