Antrean BBM di SPBU Roboaba Sabu Raijua pada Rabu (11/08/21), Foto: Istimewa
Menia, Pelopor9.com – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), akhir-akhir ini menjadi perbincangan, baik di media sosial (Medsos) ataupun dikalangan masyarakat Sabu Raijua sendiri. Hal ini sangat meresahkan, karena itu Kepala Polisi resor (Kapolres) Sabu Raijua diminta untuk segera membentuk tim operasi secara rutin.
Seperti pada Postingan Akun Facebook atas nama Amir Bin Katah di Grup K E L A R A D U I Official, yang beranggotakan 54.559 anggota. Dirinya mengatasnamakan masyarakat Sabu Raijua meminta kepada Kapolres Sabu Raijua untuk membentuk Tim. Karena disinyalir ada oknum anggota Polri, yang “bermain” atas kelangkaan yang terjadi.
“Atas nama masyarakat Sabu, tolong Pak Kapolres Sabu bentuk tim di kepolisian untuk melakukan sidak atau operasi secara rutin, di semua SPBU itu. Karena disinyalir ada sejumlah anggota Polri aktif di Polres Sabu yang degan sengaja memodifikasi mobil pik up degan tengki dobel, lalu pergi antri ulang kali di SPBU semua,”demikian postingannya pada Selasa (10/8/21).
Dia juga meminta untuk telusuri setiap kendaraan yang setiap hari melakukan antrian di SPBU. Apabila kedapatan, untuk ditangkap dan diproses. Sehingga diminta juga kepada pemerintah supaya untuk operasi dan tangkap para pengecer yang menjual BBM di atas Harga Eceran tertinggi (HET).
“Telusuri setiap mobil yang antri di sana, dan kalau kedapatan betul itu milik Polisi harus tangkap dan tindak dengan tegas. Nama-nama mereka semua akan sampe ke Ombudsman dan Polda NTT. Jagan jadi biang kerok dan mempersulit masyarakat. Untuk Pj Bupati dan Kasat Pol PP itu, tolong operasi dan tangkap semua pengecer yang jual bensin di atas HET,”katanya.
Postingan tersebut, sudah dilike oleh 56 orang dan komentar sebanyak 17 kali serta sudah dibagikan sebanyak 5 kal. Dalam komentarnya juga, dirinya menunggu keseriusan pihak yang punya kewenangan atas kelanggakaan BBM di Sabu Raijua.
“Tunggu keseriusan dari Kapolres dan Pj Bupati, supaya jangan kelihatan ada pembiaran dari pimpinan,”dirinya menjawab komentar para Netizen yang ikut memberi komentar.
Salah seorang Netizen dengan akun Facebook Mance Nelson II, menjawab postingan tersebut bahwa itu adalah harapan, tetapi bisakah operasi itu dilakukan. Dan apabila benar bahwa ada oknum anggota polisi yang ikut menjual BBM maka harus ada keberanian untuk menertibkan anggotanya sendiri.
“Itu harapan, tetapi bisakah operasi itu dilakukan? Mulailah belajar keberaniannya dari menertibkan anggota yang jual bensin botolan secara terang-terangan, jika ada. Dan kalau ada lalu tidak ditindak, itupun menyalahi aturan,”Komentarnya.
Lalu dalam postingan itu juga, dirinya berkomentar, bagaimana mungkin seorang petani yang tidak sekolah saja tahu aturannya. Seandainya, ada anggota yang jual bensin botolan itu menyalahi aturan, lalu anggota dan pimpinannya malah tidak tahu aturan. Di dunia ini, jika masyarakat takut degan ulah para anggota yang melakukan pelanggaran dan tidak menyuarakannya, maka perilaku kurang ajarnya, akan semakin, dan masyarakat menjadi bulan-bulanan.
Netizen lainnya dengan akun Facebook Ruben Mira Teru, memberikan solusi agar kelangkaan tidak lagi terulang, dengan membatasi kendaraan yang melakukan pengisian melebihi standar volume dari kendaraan itu sendiri.
“Salah satu jalan keluar, membatasi kendaraan yang membeli BBM melebihi stsndar volume kendaraan. Sebaiknya, pemda mengeluarkan surat ke SPBU untuk batas maksimum pengisian BBM ke tanki kendaraan seperti kendraan roda 2 cukup Rp.25 ribu dan roda 4 Rp.200 ribu. Untuk pembeli dengan Jerigen jangan dilayani sampai semua kendaraan yang antree terlayani semua,”dirinya berkomentar
Sementara Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Perindustrian dan Perdagangan Sabu Raijua, Lagabus Pian dalam kesempatan lain memberikan komentar bahwa membutuhkan kesadaran semua pihak. Agar menggunakan BBM sesuai kebutuhan, bukan diperdagangkan.
“Butuh kesadaran semua pihak. Gunakan BBM sesuai kebutuhan dan tidak memperdagangkan BBM penugasan/Subsidi,”katanya.
Dirinya juga meminta, agar para spekulan segera sadar dan tidak menggunakan kesempatan untuk antrian dan dijual kembali.
“Para spekulan perlu segera sadar. jangan antri untuk menjual kembali, ini yang bikin masalah tidak akan selesai, karena spekulan mudah sekali mengaku sebagai masyarakat biasa,”tegasnya.
Dirinya meminta, agar semua pihak bisa secara Bersama-sama mencari jalan keluar serta membasmi para spekulan, agar BBM di Sabu Raijua bisa berjalan dengan normal.
“Kita harus bisa sama-sama basmi spekulasi BBM agar BBM di Sabu bisa normal,”tulisnya.
Kepala Kepolisian Resor Sabu Raijua, AKBP Jacob Seubelan yang dikonfirmasi lewat ponsel pribadi belum memberikan tanggapan.
Untuk diketahui, data yang diperoleh media ini, untuk tahun 2021 Kabupaten Sabu Raijua mendapatkan Quota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus penugasan (JBKP).
Quota JBT yakni Minyak Solar sebanyak 1.587 Kilo Liter (Kl), Minyak Tanah 692 Kl dan quota JBKP yakni Premium sebanyak 2.935 Kl. Jumlah ini sesuai dengan Surat Sekda Propinsi NTT, Nomor 541/28/EK tentang Pengampaian Quota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus penugasan (JBKP). Tahun 2021.
Namun terdapat perbedaan data dari propinsi dan Pemerintah Sabu Raijua, terkait dengan jumlah jumlah quota Solar, dimana data dari Propinsi untuk quota Solar sebanyak 1.587, sementara data dari Bagian Perekonomian dan SDA Sabu Raijua, tercantum, quota Solar sebanyak 1.096 Kl.
Media ini juga mendapatkan data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Perindustrian dan Perdagangan Sabu Raijua, dimana untuk SPBU yang ada di Kecamatan Sabu Barat, dalam sebulan mendapatkan jatah untuk Premium sebanyak 30 ton, Solar 20 ton, Pertamax 30 ton.
Untuk SPBU di Eilode, Kecamatan Sabu Tengah yakni Premium 40 ton dan Solar 10 ton. Dan untuk APMS sendiri, Pertamax 10 ton dan Premium sebanyak 105 ton. Sementara untuk Solar industri sebanyak 15 ton.
Sudah dua hari terjadi antrean panjang mencapai satu kilometer di SPBU desa Roboaba Kecamatan Sabu Barat. Baik untuk Bensin dan Pertamax. Biasanya 4 hari terjadi antrean panjang, SPBU sudah tidak buka. Jam buka saat antrean pun hanya sampai pukul 12.00 Wita.
Diberitakan sebelumnya, Tokoh masyarakat Sabu Raijua, Kornelius Uly mendesak oknum yang terlibat kontraktor yang terlibat dapat kasus BBM Penugasan yang hendak digunakan untuk kepentingan proyek yang dikerjakan. Kasus itu dinilai menjadi pintu masuk dalam mengusut kelangkaan BBM di Sabu Raijua. (R-2).