Oko Mama: Simbol Keakraban Atoin Meto

Oko Mama dan Siri Pinang

Oko Mama: Simbol Keakraban Atoin Meto

 
Penulis: Leksi Y. Salukh

Mantan Wartawan Victory News

 

Oko Mama. Ini bukan nama orang, akan tetapi tempat sirih pinang. Merupakan barang khas Suku Dawan yang ada di Pulau Timor, Sering  di gunakan untuk memberikan Siri Pinang  kepada tetamu. Begitulah orang setempat dalam melafalkan sirih pinang, menjadi siri pinang. Sirih menjadi siri, artinya tetap sama : sirih.

 

Oko mama terbuat dari anyaman daun lontar berbentuk segi empat,  Dalam pengerjaannya  Oko Mama membutuhkan waktu tiga sampai empat hari. Ukurannya tidak menentu, Tergantung keinginan pengrajin, yang membuatnya.

 

Siapa saja yang bertandang ke rumah warga Suku Dawan (Atoin Meto) di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, bakal menemukan  Oko Mama. Hal itu merupakan  adat untuk menyambut tetamu pada saat menyuguhkan  sirih pinang,

 

Adat Siri Pinang, ini merupakan salah satu dari sekian banyak budaya Suku Dawan (Suku Atoin Meto) di Pulau Timor - NTT yang masih terpelihara dengan baik sampai hari ini, dan diharapkan sulit punah,  Mengapa? Selain adat ini dipergunakan sehari-hari oleh setiap orang, keluarga, masyarakat setempat dalam  menyambut tetamu, Siri Pinang atau Oko  Mama digunakan dalam acara-acara adat.

 

Oko Mama dalam acara adat juga  memiliki fungsi  ganda yakni  selain tempat Siri Pinang, digunakan juga sebagai tempat untuk menaruh uang dalam menjalankan prosesi adat.

 

Oko Mama, bukan hanya menjadi budaya khusus Orang-orang Timor, tetapi segenap masyarakat di wilayah Timur Indonesia yakni Maluku, Nusa Tenggara hingga Papua.  Hanya saja,  dalam implementasinya  di tengah-tengah masyarakat, di tiap-tiap daerah tidak sama. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan masyarakat di sejumlah daerah di wilayah itu yang mengkonsumsi sirih pinang. Kebiasaan makan sirih pinang ini konon dibawa oleh bangsa Melayu-Asia ke sejumlah wilayah di kawasan Timur Indonesia, Tutur  Jakonias Telnoni,  tokoh  adat Timor, di Suku Amanuban.

 

Jakonias dalam sebuah perbincangan menjelaskan, dalam interaksi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), khususnya Suku Amanuban, Oko Mama digunakan sebagai sarana perantara penyampaian maksud baik oleh satu pihak ke pihak lainnya. Misalnya jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang bersifat materi atau pun non materi dari orang lain. Saat akan menyampaikan maksud atau keinginannya itu, ia harus "kasi duduk" (memberi) Oko Mama, kepada yang dituju. Baru kemudian mengutarakan  dengan tutur adat (Natoni) untuk  maksud yang diinginkan sebenarnya. Salah satu keunikan dari penyuguhan Oko Mama ini, jawaban dari pihak yang diminta bisa juga tanpa kata-kata, namun si pemberi Oko Mama dapat memahami jawaban dari pihak yang diminta itu.

 

Jika setelah mendengar atau mengetahui maksud yang disampaikan pemberi, maka pihak yang diberi bisa saja memberikan jawaban dengan cara menyentuh atau mengambil atau tidak mengambil isi dari Oko Mama.

 

Kalau yang diberi mengambil isi Oko Mama artinya dia menyanggupi apa yang disampaikan pemberi.  Jika hanya menyentuh berarti yang diberi belum punya kepastian soal apa yang disampaikan pemberi sementara jika yang diberi tidak mengambil isi Oko Mama maka itu menandakan yang diberi Oko Mama menolak atau tidak menyanggupi apa yang disampaikan pemberi.

 

Dalam prosesi adat, isi Oko Mama biasanya terdiri atas sirih, pinang, dan kapur. Ditambah satu botol sopi dan uang perak. Namun menurut Jakonias,  sesuai perkembangan zaman, maka kini uang perak sering diganti dengan uang pecahan Rp 1.000, karena uang perak saat ini sulit dijumpai di tengah masyarakat.

 

Ditambahkan, dulunya Oko Mama, selain  dipakai masyarakat untuk tempat  Siri Pinang, juga dipakai untuk meminta  sesuatu dari pihak lain seperti minta mengolah lahan, meminta memelihara ternak, dan sebagainya.  Namun pada saat ini biasanya Oko Mama dipakai untuk menyampaikan undangan menghadiri acara-acara kekeluargaan seperti peminangan dan sebagainya. Bahkan,  Oko Mama juga dipakai untuk meminta dukungan politik. Sehingga hal ini sudah mengalami pergeseran makna atau nilai.

 

Oko Mama itu sendiri tambah Jakonias, merupakan simbol kekerabatan, keakraban dan persaudaraan karena pemberian Oko Mama menandakan antara pemberi dan yang diberi itu telah ada jalinan kekerabatan dan keakraban yang sulit terpisahkan.

Simbol Keakraban

 

Simbol keakraban dan kebersamaan itu diwujudkan dengan mengkonsumsi isi Oko Mama (sirih, pinang, dan sopi) secara bersama-sama. Sesuai arti katanya yakni Oko yang berati tempat sirih pinang, dan kata Mama yang berarti makan. Sehingga Oko Mama mengandung arti gramatikal makan sirih pinang bersama antara yang memberi dan menerima Oko Mama.

 

"Sirih pinang dan sopi itu nanti dikonsumsi bersama. Di sinilah simbol keakraban itu, sehingga kalau kita dikasi Oko Mama maka itu menandakan kita adalah satu kesatuan," katanya.

 

Dewasa ini, kata Jakonias, pemberian Oko Mama sudah mengalami pergeseran nilai dan makna karena cenderung orang menggunakan Oko Mama untuk maksud tertentu yang dapat merugikan orang lain. Misalnya soal nilai uang yang menjadi salah satu isi Oko Mama,

 

Nilainya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan ribu.  Besaran uang seperti itu bisa menimbulkan persepsi lain yang diakui bisa mempengaruhi makna Oko Mama itu sendiri. tetapi untuk tempat siri pinang sulit untuk punah. (***)