Foto bersama Organ Yapenkkris Adda Hari Sabu Raijua, bersama Sekretaris UUP Pendidikan Sinode GMIT berserta kepala Sekolah dan Guru pada SD GMIT Bebae
Menia, Pelopor9.com – Kehadiran Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris) Adda Hari, bagi sekolah GMIT di Sabu Raijua sangat penting. Banyak hal, yang harus menjadi perhatian Yayasan sebagai pemilik, dalam mengelola dan membenahi sekolah GMIT.
Sekolah GMIT yang ada di Sabu Raijua, sudah ada sebelum Indonesia Merdeka. Namun kenyataannya, dalam hal status kepemilikan tanah, masih menjadi pergumulam Yayasan. Perlu ada komunikasi antar semua pihak, baik Gereja, Yayasan, Sekolah dan Pemilik tanah. Yang diatas lahannya dibangun Sekolah GMIT.
Masalah kepemilikan ini, menjadi hambatan bagi sekolah GMIT untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat anggran yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Karena syarat utama mendapatkan tentang status kepemilikan tanah.
Hal ini, disampaikan oleh Kepala Sekolah dan Guru pada SD GMIT Depe, SD GMIT Bebae. Saat kunjungan sekolah yang dihadiri langsung oleh Sekretris UPP Pendidikan GMIT, Pdt. Daniel Wadu, Ketua Pembina Yapenkris, Pdt. Loni Radja Gah, Ketua Klasis Sabu Timur, Pdt. Jhon M. Wadu Neru, Ketua, Sekretaris dan Bendahara Yapenkris Adda Hari Sabu Raijua, Frenky F. Palike, Yulius Boni Geti dan Ary Jelferson Lulu serta Marthen Lena Nguru, Selasa (2/11/21) lalu.
“kami disni, masih banyak pergumulan terutama soal tanah sekolah, statusnya hak pakai tapi kami tidak bisa bisa tanam pohon atau bangun pagar parmanen atau pakai kayu hidup. Dilarang dari tuan tanah”ujar Rahel agusrafina, guru Guru kelas 6 pada SD GMIT Depe saat berdiskusi dengan Pengurus dan Sekretris UPP Bidang Pendidikan Sinode GMIT
Selama ini, menurutnya SD GMIT Depe sangat sulit mendapatkan bantuan. Karena, status tanah yang tidak jelas, sementara syarat untuk dapat bantuan dana pembangunan harus ada surat kepemilikan ha katas tanah.
“Kita pernah mau dapat bantuan tapi karena status tanah tidak jelas, maka kita tidak dapat bantuan. Dan kalupun ada bantuan Gedung, tidak bisa lagi bangun di lokasi yang ada, pemilik tanah larag untuk tambah bangunan”katanya
Sementara Plt. Kepala SD GMIT Bebae, Yohanis Eudes Riwu juga mengakui bahwa selama dirinya menjabat sebagai Plt. Kepala sekolha. SD GMIT Bebai tidak pernah mendapatkan bantuan. Hal ini disebabkan, status tanah yang belum jelas.
“Sejak saya menjabat sebagai Plt kepala sekolah disni, sekolah sulit dapat bantuan. Karena, status kepemilikan yang belum jelas. Kami sudah mengupayakan tapi karena tanah suku, maka sulit kita dapatkan kejelasannya” ujarnya saat itu.
Ditambahkannya, SD GMIT Bebae berdiri diatas lahan suku Nadowu. Perlu komunikasi dengan Kepala Suku dan anak suku yang bersangkutan. Sehingga bisa mendapatkan tentang kejelasan status kepemilikan tanah tersebut.
“Kita sudah coba bangun komunikasi dan belum ada kejelasan. Semoga dengan kehadiran Yayasan bisa bangun komunikasi dengan Suku dan juga pihak terkait, agar kita bisa dapat kejelasan dan tanah pada SD GMIT Babae ada kejelasan dan kkedepan bisa ada sertifikat”ujarnya
Sementara Marthen Hau Bale, Guru Kelas pada SD GMIT Bebae menagatakan bahwa sudah tersebur berdiri sejak tahun 1921 dan lokasi yang sekarang ada lokasi ke 4. Karena itu, perlu dilihat kembali berkas atau dokumen sekolah pada Sinode GMIT.
“Kita harap Sinode bisa membuak kembali dokumen sekolah, supaya tau tentang status tanah. Sekolah ini sudah 4 kali pindah lokasi dan ini lokasi yang ke 4 Karena ini sudah lokasi ke empat”katanya
Dia juga mengatakan, status tanah tersebut merupakan hak pakai oleh sekolah GMIT. Namun sampai saat ini, pihak sekolah tidak pernah melihat dokumen hak pakai. Sekolah telah berupaya agar membuat ulang dokumen hak pakai dengan pemilim tanah tetapi belum bisa dilakukan.
Sebelumnya, sudah berulang kali diupyakan buat ulang hak pakai, tetapi soal ini agak rumit. Jadi kita minta Yayasan dan Gereja bisa berupaya agar dapat menyelesaikan masalah status tanah SD GMIT Bebae.
“Selain selesaiakan masalah status tanah, kita juga harapakan Yayasan bisa memperhatikan SD GMIT dengan bantuan dari Yayasan atau Sinode”pintanya.
Ketua Yapenkris Adda Hari, Frenky F. Palike pada kesempatan itu menegaskan bahwa Yapenkris Adda Hari mempunyai komitmen dalam hal pengelolaan dan pembenahan sekolah GMIT. Ada banyak target yang ingin dicapai, dan niat bersama ingin dibawa kemana sekolah GMITdi Sabu Raijua.
“Untuk masalah status tanah sekolah, kita akan silahturahmi dengan Ketua Majelis Klasis (KMK). Untuk pastikan rapat dengan semua Ketua Majelis jemaat (KMJ). Karena sekarang, keputusannya tanah sekolah menjadi tanah gereja”ujarnya
Sekretaris UPP Pendidikan Sinode GMIT, Pdt. Daniel Wadu mengaku sangat berterimaksih dengan pemerintah Sabu Raijua. Karena selama ini memberikan dukungan penuh bagi pengembangan Pendidikan terutama bagi sekolha GMIT yang ada di Sabu Raijua.
“Kita sangat berterimkasih dengan Pemerintah daerah, komimen dan perhatian pemerintah sangat baik untuk Pendidikan GMIT di Sabu Raijua. Untuk pembangunan dan perbantukan tenaga pendidika sangat merata”katanya.
Sementara Ketua Pembina Yapenkris, Pdt. Loni Rdja Gah, berharap sekolah tidak jalan sendiri dan gereja sendiri. Tetapi semua pnya tanggung jawab pada sekolah GMIT yang ada di Sabu Raijua.
“Tidak sebatas mebebrikan bantuan dana. Yang paling utama, memberikan pikiran dan ide demi kemajuan Sekola GMIT kedepan”ujarnya.
Ketua Klasis sabu Timur, Pdt. Jhon M. Wadu Neru juga megatakan bahwa dalam hal kepengursan status tanah pada sekolah GMIT, akan menjadi tanggung jawab bersama dan pihaknya akan membangun komunikasi dengan semua pihak yang terkait dalam kepemilikan tanah yang ada.
“Kita akan segera coba m=bangun komunikasi dan lakukan pendekatan dengan semua pihak terkait, karena tanah yang diberikan kepada sekolah untuk bangun sekolah, pasti ada ksepekatan dengan orang tua terdahulu. Jadi, kita akan duduk satu tikar sebagai orang Sabu dalam memajukan sekolah GMIT”kata dia. (R-2)