Pdt Loni Radja Gah: Dukung Polisi Berantas Judi Secara Adil di Sabu Raijua

Ilustrasi sabung ayam, Sumber: google

Menia, Pelopor9.com – Salah satu penyakit sosial yang terjadi di Sabu Raijua saat ini adalah judi, baik judi sabung ayam, kuru-kuru, Kupon Putih. Terobosan Polres Sabu Raijua untuk berantas judi, mendapat dukung dari masyarakat. Selain mendapat dukungan, polisi juga diminta bekerja secara professional dan berlaku adil untuk setiap pelaku judi yang adi Sabu Raijua.

 

“Sebagai pendeta, saya mendukung pihak kepolisian untuk berantas judi di Sabu Raijua, siapapun yang kedapatan judi harus diproses secara hukum yang berlaku. Supaya ada efek jera bagi mereka yang berjudi selama ini”kata Pdt. Loni Radja Gah kepada media ini, Rabu (2/2/22).

 

Menurut Mantan Ketua Klasis Sabu Barat Raijua dua periode ini, Judi sudah mandarah daging bagi masyarakat yang selama ini hidupnya dengan judi. Dan itu tidak bisa dibiarkan, semua pihak harus bergandengan tangan dengan Kepolisian dalam memberantasnya.

 

“Judi ini sudah mandarah daging bagi penjudi, jadi semua pihak harus bersama polisi berantas judi. Tapi, disayangkan kalau polisi berantas judi. Lalu polisi juga yang bekeng judi untuk dapat keuntungan. Semoga ini tidak terjadi di Sabu Raijua”ujarnya.

 

Bercermin dari cara Kepolisian memberantas judi di Sabu Raijua saat ini, menurutnya Polres Sabu Raijua belum bisa  dikatakan berhasil. Malahan, Polres Sabu Raijua melakukan pembiaran terhadap judi yang ada di Sabu Raijua. Hampir setiap hari ada perjuadian disetiap kecamatan.

 

“jangan ada aparat juga yang dukung judi di Sabu Raijua,. Karena ada informasi, 1 titik itu, ada uang untuk Kepolisian. Semoga ini tidak benar, kami mau percaya siapa lagi untuk berantas judi kalau informasi ini benar”kata Ketua Pembina Yapenkris Adda Hari Sabu Raijua ini.

 

Sementara Ketua Majelis Jemaat Raijua Dhida, Pdt. Setiawan Pattipeilohy melaui pesan WA nya kepada media ini, mengatakan bahwa Peiu manu atau sabung ayam merupakan buda yang baik. Karena, lewat sabung ayam, nilai perselisihan manusia dihargai dengan tanda digantikan oleh ayam yang diadu.

 

“Namun bagi beta, karna keinginan akan keuntungan semata. Orang Raijua menodai arti itu sendiri dengan menjadikan peiu sebagai judi”katanya.

 

Hal ini menurutnya, justrul memiskinkan orang Raijua, dan juga merusak perekonomian di Raijua. Belum lagi, masalah antara anggota keluarga dan yang mendasar adalah merusak hubungan dengan Tuhan.

 

“Bagi beta, Raijua yang sedang berkembang dalam pembangunan. Jika tidak disadari oleh orang Raijua sendiri untuk menata hidu. Maka bisa saja, setiap perkembangan itu akan sia-sia bagi orang Raijua.

 

Justrul pendatang, yang akan lebih berhasil di Raijua. Karena, judi berpengaruh pada hampir seluruh lini kehidupan di Raijua.

 

“Karena itu, beta sebagai tokoh agama yang merasa mencintai Sabu Raijua miris akan hal ini. Dan beta harus bertindak”tutupnya. (R-2).