Kelurahan Fatubesi Model Kerukunan Beragama Warga Kupang

Walikota Kupang Jefirstson R. Riwu Kore (lima kanan), Foto: Eman/Humas Pemkot

Kupang, Pelopor9.com - Kehidupan yang rukun, damai, dan harmonis harus terus dipelihara. Masyarakat di kelurahan Fatubesi Kota Kupang Nusa Tenggara Timur menjadi model kerukunan.

 

Demikian disampaikan Walikota Kupang Jefirstson R. Riwu Kore, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kupang, Yakobus Beda Kleden, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Kupang (FKUB), dan Pdt. Rio Fanggidae pada acara seremonial Launching Fatubesi Kampong Kerukunan di gereja Ebenhaezer Oeba, Jumat (13/9/19). 

 

Menurut Jefirstson R. Riwu Kore, pembentukan Kampung Kerukunan di Kelurahan Fatubesi adalah potret kehidupan keharmonisan dan kerukunan terjalin erat selama ini. Masyarakat kelurahan Fatubesi cukup padat. 

 

Dihuni beragam suku dan etnis. Beragam agama dan golongan ada di Fatubesi. Tetapi kehidupan bermasyarakat tetap terjalin dengan rukun, aman, damai dan harmonis.

 

“Kampung kerukunan Fatubesi diharapkan menjadi contoh bagi seluruh wilayah di Kota Kupang dan bahkan seluruh wilayah Nusantara,"ujarnya.

 

Salah satu aspek penting dalam membangun suatu daerah yakni dengan membangun masyarakatnya untuk hidup berdampingan dalam sikap toleransi.  Tolong menolong sehingga terjalin hubungan rukun harmonis diantara sesama warga masyarakat. Antar agama, suku, etnis dan budaya yang berbeda-beda.

 

Walikota berharap, kerukunan yang terjalin selama ini tetap dipelihara dan dirawat. Dengan menjaga kerukunan potensi konflik yang dikhawatirkan dapat terjadi dalam masyarakat yang heterogen tidak ditemui di Kota Kupang. 

 

Para tokoh agama diharapkan terus berupaya memperkuat landasan iman kepercayaan umat masing-masing. Agar kehidupan beriman terpancar dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat sesuai peran, fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing sebagai warga masyarakat di Kota Kupang.

 

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kupang, Yakobus Beda Kleden, mengatakan bahwa masyarakat perlu bangga atas penghargaan dari Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai Kota Kerukunan Tertinggi di Indonesia.

 

"Semua pihak bangga karena Pemerintah Kota Kupang beberapa waktu lalu menerima penghargaan dari Kementerian Agama Republik Indonesia,"katanya

 

Ia berharap seluruh stakeholder dan masyarakat berkewajiban untuk bersama-sama bergandengan tangan guna mempertahankannya, dan salah satunya melalui kegiatan yang terselenggara dengan baik tersebut.

 

Sementara, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Kupang (FKUB), Pdt.  Rio Fanggidae, mengatakan gagasan tentang kampung kerukunan di Kota Kupang sudah direncanakan 2 tahun silam dalam rapat koordinasi Nasional (Rakornas). Gagasan itu direspon Kementerian Agama Republik Indonesia dan Pemerintah Kota Kupang. 

 

“Kita patut bersyukur karena tahun ini, Kota Kupang diberikan peluang untuk mengagas kampung kerukunan di Kota Kupang, ini merupakan upaya pemerintah Kota Kupang untuk tetap menjaga agar Kota Kupang yang majemuk dan heterogen tetap menjadi kota yang aman, damai, rukun serta harmonis,"ujarnya.

 

Gagasan kampung kerukunan ada hubungannya dengan penghargaan yang diterima Pemerintah Kota Kupang sebagai Kota Toleransi di Indonesia. Kota Kupang juga mendapatkan Piagam Penghargaan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, yang telah berpartisipasi mendukung program moderasi beragama dan penguatan fungsi penyuluh agama. 

 

Pendeta Jacky Latuperisa,  selaku Ketua Panitia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota Kupang. Atas kepedulian dalam menggerakan seluruh masyarakat tanpa membedakan suku, etnis, ras dan golongan, dan mengajak seluruh masyarakat melalui slogan dan semangat ‘Ayo Berubah’ turut berpartisipasi dalam pembangunan di Kota Kupang.

 

Dikatakannya, kelurahan Fatubesi telah dinilai layak ditetapkan sebagai kampung kerukunan. Itu mencerminkan tatanan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dengan beragam nilai-nilai agama dan budaya yang kaya. 

 

Masyarakat di Kelurahan Fatubesi terdiri dari berbagai etnis asli NTT seperti Rote, Sabu, Timor, Sumba namun juga didiami oleh etnis tionghoa dan arab selama bertahun-tahun. Namun tidak pernah terjadi gejolak atau konflik. 

 

Terdapat rumah ibadah seperi gereja, mesjid dan kelenteng yang berdiri kokoh selama bertahun-tahun. Menandakan bahwa antar umat beragama dapat saling menghargai dan menjalankan ibadahnya masing-masing dengan tenang.

 

Launching kelurahan Fatubesi sebagai kampung kerukunan ini mengusung tema “bersama katong saling basayang dan bajaga” (R-1).