Oknum Anggota Polres TTS, ZL (kiri) yang diduga menonjok wartawan Rony Tamonob (kanan), Foto Google
Menia, Pelopor9.com - Aksi tidak terpuji yang dilakukan oleh Zadok Loebaloe (ZL), salah seorang Oknum Perwira pada Polres Timor Tengah Selatan (TTS) kepada Wartawan Media Online JejakhukumIndonesia.com Rony Tamonob, saat meliput aksi demontrasi Relawan Jefri Riwu Kore di depan Hotel Bahagia II, Kota Soe, Rabu (18/5/22 kemarin.
Kapolres TTS, AKBP I Gusti Putu Suka Arsa yang dikonfirmasi melalaui pesan WhatsAppnya dari Sabu Raijua, mengaku bahwa Polres pihaknya mempertemukan dua pihak dan anggotanya (ZL) telah mengakui, bahwa terjadi dorong mendorong pada saat aksi.
“Kemarin kami sdh bertemu dan berbicara dengan korban dan oknum anggota yg dimaksud, dan anggota mengakui memang sempat mendorong krn pada saat itu sedang terjadi aksi dorong antara petugas dan pengunjuk rasa yg mau masuk kedalam hotel, begitu korban bilang saya wartawan anggota langsung mundur”tulisnya melalui pesan WA kepada media ini, Kamis (19/5/22).
Atas kejadian tersebut, dirinya sudah menegur anggotanya serta meminta maaf kepada rekan-rekan media. Walaupun tidak ada unsur kesengajaan, tetapi tetap salah karena merugikan media.
“Saya dan oknum anggota juga sudah minta maaf kepada korban dan rekan-rekan wartawan yang datang ke Polres, dan saya juga sudah menegur yang bersangkutans, walaupun tidak ada unsur kesengajaan tetap salah krn sdh merugikan orang lain ( rekan wartawan)”tulisnya lagi.
Kapolres juga menyampaikan, dirinya tidak melihat video terkait masalah tersebut, yang disampaikan adalah berdasarkan hasil pertemuan antara media dan dirinya di Polres TTS.
“Mohon maaf kaka, sampai saat saya blm melihat videonya, apa yang saya sampaikan berdasarkan hasil pertemuan kemarin”kata Kapolres ketika ditanya terkait video yang beredar, kalau oknum tersebut bukan mundur tetapi dilerai oleh yang lain sehingga tidak ada aksi lanjutan terhadap wartawan saat itu.
Sementara Ketua JOIN NTT, Joey Rihi Gah menegaskan bahwa wartawan di NTT tidak boleh diam dengan tindakan premanisme yang dilakukan oleh oknum Polisi tersebut. Dan dalam waktu yang sangat berdekatan sudah ada dua wartawan di pukul.
“Kalau ini benar, wartawan harus bergerak, kalau tidak maka kita akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli”tegasnya.
Yang perlu dipertanyakan menurutnya, kenapa wartawan dipukul. Apakah untuk amankan kegiatan partai politik?. Apa memang wartawan sudah menjadi musuh semua orang. Dan menjadi kewajiban bersama untuk saling mendukung. Apabila ada teman seperjuangan diperlakukan tidak benar.
“Kekerasan terhadap wartawan akan semakin massif, jika kita diam tanpa melakukan perlawanan. Bagi saya, setiap upaya yang dilakukan untuk membungkam kerja-kerja pers mesti dilawan. Kalau tidak akan jadi sasaran empuk”kecam pemilik media online seputarNTT ini. (R-2)