Wilayah Adat Liae Gelar Adat Bangaliwu, Ini Pesan Jefrison Pegiat Budaya Sabu Raijua

Menia, Pelopor9.com – Masyarakat Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua sangat menjunjung tinggi adat dan budaya mereka hingga saat ini. seperti halnya Da’ba dan Bangaliwu yang dirayakan setiap tahun, sesuai dengan kalender adat pada wilaya adat Liae.

 

Seperti kegiatan Bangaliwu, yang berlangsung di lokasi Upacara Adat Kolo Rame dan Kepaka Horo di desa Eilogo, pada Senin (16/5/22) lalu. Kegiatan Bangaliwu ini sama seperti kegiatan Da’ba yang diselenggarakan beberapa bulan lalu. Kegiatan yang sangat sakral dan dikuti oleh 4 kelompom Ada Manu.

 

Dalam pantaun media ini, kedua kegiatan ada yang disebutkan diatas, memang sangat dijaga kesakralan. Kelompok Ada Manu yang terlibat didalam kegiatan Bangaliwu tersebut, masing-masing membawa ayam yang siap untuk diadu, tetapi dalam kegiatan tersebut tidak ada unsur judinya.

 

Bagi siapa saja boleh datang menonton jalannya kegeiatan, tetapi ada batas-batas yang tidak boleh dilanggar, tempat yang menjadi tempat duduk dari Kelompok Ada Manu tidak boleh diduduki oleh para penonton, dan masing-masing kelompok mempunyai tempat duduk yang terpisah.

 

Kegiatan Bangaliwu, dilaksanakan dibawah pohon Nitas yang rindang dan diperkirakan bermur puluhan tahun, pohonnya dilingkari oleh semak berduri, sehingga tidak ada orang yang bisa bersandar. Dan yang menariknya lagi, siapapun yang hadir pada saat itu, tidak boleh menjatuhkan daun atau memtahkan dahan pohon nitas tersebut.

 

Kegiatan dipimpin langsung oleh Deo Rai wilayah adat Liae Lomi Mone, di dampingi oleh Dohe Leo,  Dimu Weo dan di ikuti oleh empat kelompok Ada Manu yang merupakan perwakilan dari masing-masing udu atau suku dan kerogo atau subsuku yang ada di wilayah adat Liae.

 

Deo Rai Liae, Lomi Mone kepada media yang hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, Ritual adat Bangaliwu  merupakan salah satu upacara adat di wilayah adat Liae yang dilaksanan pada Warru bangaliwu sesuai Kelender adat Wilayah adat Liae.

 

“Pada Warru Bangaliwu akan dilaksanakan beberapa upacara adat yang bisa ditonton  secara umum oleh seluruh masyarakat berupa pedoa, peiu Manu dan  Pehere Jara”kata Deo Rai

 

Sementara Pegiat Budata Sabu Raijua, Jefrison Haryanto Fernando, berharap agar upacara adat Bangaliwu, harus tetap dilestarikan. Karena ini, menjadi kekayaan budaya orang Sabu yang sekaligus sebagai destinasi wisata  budaya.

 

Karena itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Sabu Raijua melalui Dinas Pariwisata untu terus mendorong program yang mendukung pelestarian budaya daerah. Seperti, program pemugaran rumah adat yang saat ini tidak berjalan lagi.

 

“Programnya Bupati Marthen Dira Tome untuk pemugaran rumah adat, sangat membantu masyarakat adat dalam membangun rumah adat yang sudah rusak” kata pegiat literasi Sabu Raijua ini.

 

Sebagai sebagai pegiat budaya, dirinya berharap Dinas Pendidikan Kebudayaan kepemudaan dan Olahraga (PKKO) melalui Bidang Kebudayaan, agar upacara adat Bangaliwu ini bisa di daftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Kementerian.

 

“Sehingga kegiatan-kegiatan seperti ini menjadi WBTB Nasional, hal ini perlu dilakukan untuk mencegah pencaplokan budaya oleh negara lain dan Ini poin utamanya. Karena bisa saja 20 atau 30 tahun di Negara Lain, bisa kemas kegiatan adat seperti yang ada di Sabu Raijua” ujar pengusaha muda ini.

 

Dia juga meminta agar Dinas Pariwisata bisa melihat potensi wisata budaya yang ada, untuk menarik wisatwan datang saat kegiatan adat, dengan membuat kalender adat dan kalender even. Agar memudahkan dalam mempromosikan tentang pariwisata budaya Sabu Raijua ke luar.

 

“Dari segi pariwisata harus di buat Kelender adat dan kelender event agar muda di promosikan.(R-2/tim)