Terimakasih Sponsor Sudah Bangun Rumah Adat Madoto di Sabu Raijua

Pemasangan Daun Terakhir Rumah Adat Madoto, Tampak Masyarakat Adat Bergotong Royong Memasang Daun Lontar.

Menia, Pelopor9.com – Harapan masyarakat adat di wilayah adat Liae, kecamatan Sabu Liae, kabupaten Sabu Raijua memiliki rumah adat yang layak telah terjawab. Dimana rumah adat Madoto yang termakan usia telah dibangun baru berkat bantuan donatur dari luar Sabu Raijua.

 

Wakil bupati Sabu Raijua, Yohanis Uly Kale, yang hadir disela pembangunan rumah adat Madoto, Jumat (1/07/22) mengatakan bahwa pembangunan rumah adat adalah budaya. Budaya juga dapat mempersatukan seluruh masyarakat, dan orang Sabu Raijua harus bangga akan budaya Sabu Raijua Sendiri.

 

Dia mengucapkan terimakasih kepada pegiat budaya yang menjembatani sponsor untuk pembangunan rumah adat di Sabu Raijua. "Terimakasih pegiat budaya, sudah ada karya membantu masyarakat, membantu pemerintah,"katanya. 

 

Pegiat budaya Sabu Raijua, Jack Lawa Rohi mengucapkan terimakasih kepada kepala sponsor yang telah membantu pembangunan, masyarakat desa Ledeke yang sudah membantu serta seluruh masyarakat adat di wilayah Liae. 

 

Dikatakan, sebagai pegiat budaya memiliki kecintaan akan budaya untuk mengangkat identitas orang Sabu, namun memiliki keterbatasan anggaran. Bersyukur ada sponsor yang membantu dengan iklas.

 

“Dalam hal ini, pembangunan ini didukung oleh sponsor dari Sumatera. Sebenarnya ini juga teguran untuk orang Sabu, orang Sumatera yang tidak ada satu tetes darah Sabu punya kepedulian, bagaimana dengan kita, sesungguhnya orang Sabu yang sebenarnya? Tidak punya rumah adat itu sama dengan kehilangn jati diri,”kata Jack disambut tepuk tangan.

 

Lanjutnya, Gubernur Bali dalam sebuah kesempatan pernah berkata, Bali memiliki Pendapatn Asli Daerah yang tinggi karena budaya. Dimana Sabu Raijua memiliki potensi budaya yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. “Saya rasa Sabu juga, itu tidak kalah dari Bali. Bahkan lebih,”katanya. 

 

Dia meminta pemerintah daerah Sabu Raijua untuk mendukung beberapa rencana pembangunan kembali rumah adat di Sabu Raijua.

 

“Saya harap juga pembangunan rumah budaya tidak hanya dari pemerhati budaya, tetapi oleh pemerintah daerah dalam pemajuan kebudayaan,”harapnya.

 

Sementara, penanggungjawab pembangunan, Weldy Ga Loni mengatakan bahwa dalam proses pembangunan menemui banyak tantangan. Dimana saat memulai pembangunan harus dimulai saat hitungan bulan ‘7 Pehape’ atau tanggal 7 bulan Juni 2022. Dimana ada sekitar 10 orang yang turun memotong pohon di hutan adat.

 

Dikatakan, sedikitnya yang terlibat dalam setiap proses pembangunan untuk menghindari pantangan. Dimana, apabila sudah terlibat dalam pekerjaan maka tidak boleh alpa sampai selesai pembangunan.

 

“Kalau sudah bergabung untuk bangun ini rumah, maka ada banyak pantangan seperti tidak boleh pergi ke orang mati, tidak boleh ke laut. Jadi masyarakat itu, takut begitu. Jadi potong pohon hanya satu hari, dari jam 8 pagi sampai jam 1 malam,”ujarnya.

 

Proses pembangunan berjalan sampai pada pemasangan daun atap. Kaum ibu juga turut membantu sejak pemotongan daun sampai pengangkutan daun dan menyiapkan konsumsi.

 

“Selama pembangunan, kaum ibu membawa kacang tanah, wolappa (makanan khas Sabu), untuk makan bersama,”tambahnya.

 

Dikatakan, bahwa sejak hari pertama proses pembangunan disembelih satu ekor Kambing atau Domba.  Hewan tersebut ditangkap di padang, yang dikenal dengan tradisi ‘Padi’. Sebagian merupakan sumbangan dari desa Eilogo, Hallapadji dan Raerobo.

 

“Ada sekitar 25 ekor, ada yang ‘Padi’, ada yang desa sumbang. Hewan itu yang dimakan selama proses pembangunan sampai dengan syukuran hari ini. Sebenarnya kita ambil saja hewannya karena ini pembangunan rumah rakyat. Akan tetapi ada yang berbaik hati dengan sumbang saja. Hari ini kita potong satu ekor Kerbau, dan tiga ekor Babi,”pungkasnya.

 

Robert Rohi Mone, menambahkan rumah adat Madoto akan ditempati Pulodo bersama istri. Rumah tersebut menjadi tempat untuk mengadakan sejumlah ritual, seperti musim kemarau ritual Sadap Lontar, musim hujan ritual menanam. Ritual Dabba, bangaliwu, Hole dan lain - lain.

 

“Dari rumah ini, akan mengatur segala ritual dan waktu pelaksanaan kegiatan di wilayah adat Liae,”ujarnya. (R-1)