Puluhan Ternak Sapi di Malaka Mati Tergenang Air Hujan, Peternak Rugi hingga Ratusan Juta

Salah seorang pemilik sapi, duduk disamping sapi miliknya yang mati akibat tergenang banjir di Malaka

Malaka, Pelopor9.com – Hingga 1 Juli 2022, peternak sapi di desa Rabasa Haerain, Kabupaten Malaka, Propinsi NTT, ditaksir mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Setelah, sapi milik mereka mati secara mendadak. Akibat, terendam air dan kehabisan bahan makanan (rumput). Karena hujan beberapa hari ini di Kabupaten Malaka.

 

“Sampai dengan 1 juli 2022, terdapat 10 kepala Keluarga (KK), telah melaporkan kematian ternak sapi, dengan jumlah 17 ekor. Hari ini, belum ada laporan, tapia da informasi kalau kemarin masih ada ternak yang mati. Saya masih minta staf cek kebenaran dan mendatanya lagi” ujar Kepala desa Rabasa Haerain, Maria Imakulata Seuk yang ditemui media ini di rumahnya, Minggu, (3/7/22).

 

Disampaikannya, kematian ternak disebabkan karena terendam air sampai pangkal paha. Juga, kehabisan bahan makanan, karena rumput tergenang air hujan. Pihaknya, akan segera melaporkan kejadian tersebut ke Kecamatan.

 

“Pola peternak di Desa Rabasa Haerain masih tradisional, ternak dibiarkan lepas bebas. Sedangkan, tidak ada lahan khusus bagi ternak yang dilepas bebas. Lagi pula, PPL Peternakan belum ada di desa Rabasa Haerain”tambahnya lagi.

 

Sementara Alexander Kehi, salah seorang pemilik ternak, mengaku bahwa ternak mereka ada juga yang diikat dan ada yang dilepas. Ketika hujan turun, ternak yang dilepas terjebak dalam genangan air bercampur lumpur setinggi 1 meter.

 

 Sehingga katanya, ternak tidak dapat bergerak untuk menyelamatkan diri. Ternak milik mereka, mati secara tiba-tiba pada Jumat 1 Juli dan Sabtu 2 Juli 2022, tidak terdapat gejala penyakit sebelum ternak sapi mati.

 

“Sebelum mati, sapi jatuh dan kejang-kejang. Sapi yang mati kemudian dipotong dan dan dibagikan ke keluarga atau masyarakat yang mau makan”ujarnya.

 

Senada dengan itu, Vinsensius Teti, pemilik ternak lainnya mengatakan, sapi yang terendam air hujan dan belum mati, dibunuh agar bisa dikonsumsi oleh keluarga, Selain itu, ada juga yang dijual ke warga dan ada yang ditukar dengan gabah.

 

“Sepengetahuan kami pemilik ternak, sudah sekitar 30 ekor sapi di Desa Rabasa Haerain yang mati dengan gejala yang sama”katanya.

 

Ditambahkannya, ada banyak pemilik ternak yang memutuskan untuk tidak melaporkan kejadian tersebut kepada pemerintah. Karena, laporan mereka tidak pernah ditindaklanjut oleh pemerintah.

 

“Banyak diantara kami, yang tidak mau lapor kalau kami punya sapi mati. Karena sama saja, tidak akan pernah direspon oleh pemerintah. Kami lebih memilih pasrah pada keadaan yang ada”katanya

 

Katanya lagi, untuk menghindari ternak terendam air hujan lagi. Maka, saat ini ternak sapi dikat di pinggiran jalan umum yang lebih tinggi namun tentu hal ini mengganggu pengguna jalan. (R-2/fwd)