Inovasi Lab Biokesmas NTT Sukses Periksa 19 Ribu Spesimen Covid – 19 Secara Gratis

Petugas Lab Biokesmas NTT Memeriksa Sampel Covid -19, Foto: Istimewa

Kupang, Pelopor9.com - Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Lab Biokesmas) Provinsi NTT bergerak cepat mengusung inovasi dan terobosan riset sains dan bioteknologi untuk kesehatan masyarakat maupun untuk menghadapi ancaman biosecurity.

 

Selama pandemi Covid-19, Lab Biokesmas sukses memeriksa lebih dari 19.000 spesimen Covid – 19 secara gratis dengan metode pooled-test qPCR.

 

Kepala Laboratorium Biokesmas NTT, Dr. Fima Inabuy, mengatakan selama pandemi Covid-19, jumlah laboratorium di NTT meningkat drastis, tetapi hampir semua laboratorium yang ada masih sebatas melakukan pemeriksaan kesehatan untuk tujuan diagnosis, bukan riset.

 

Sejumlah laboratorium PCR dan biomolekuler yang ada di NTT saat ini masih pada tataran pemeriksaan diagnostik Covid-19. “Keilmuan biomolekuler sendiri di NTT belum digunakan dalam tataran riset. Di ranah akademik, penelitian biomolekulerpun masih belum luas dipraktekkan di perguruan tinggi di NTT, serta masih minim outcome,”tulisnya dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (06/07/22).

 

Lebih lanjut, NTT masih ketergantungan pada provinsi lain dalam berbagai uji dasar laboratorium untuk komoditi peternakan, perikanan, dan pertanian. Ia mencontohkan uji kandungan histamin dan logam berat untuk ikan, misalnya, Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Kupang masih harus mengirimkan ke Surabaya.

 

Dikatakan, dalam rangka mempersiapkan SDM peneliti NTT yang handal di bidang bioteknologi, Lab Biokesmas NTT berinisiatif mengadakan serial pelatihan (workshop series) Biomolekuler dan Bioinformatika dengan tema ‘A Journey from Gene-cloning to Genome-editing’ (Perjalanan dari Kloning Gen ke Editing Genom).

 

Pelatihan seri pertama telah sukses terlaksana pada 12-13 Mei 2022 lalu, dan workshop seri ke-2 akan dilaksanakan pada 27-29 Juli 2022. Peserta pelatihan seri 1 terdiri dari dosen, peneliti, dokter, spesialis konsultan penyakit infeksi, serta staf laboratorium dari berbagai instansi pemerintah di NTT maupun dari luar NTT. Peserta pelatihan yang mengikuti secara online berasal dari akademisi maupun laboran yang berasal dari Ruteng, Jakarta, Surabaya dan Salatiga.

 

Dalam pelatihan seri 2 mendatang akan hadir lima orang pakar yang berasal dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Udayana, Universitas Nusa Cendana, UPTD Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, dan Yayasan Generasi Biologi Indonesia. Dengan menghadirkan para ilmuwan profesional ini, target Lab Biokesmas NTT adalah peningkatan kapasitas sumber daya peneliti di NTT maupun provinsi lain di Indonesia untuk lebih maju dalam menjawab berbagai tantangan biosecurity.

 

Para peserta mampu diharapkan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan biomolekuler untuk meningkatkan kualitas pengujian dan penelitian di laboratoriumnya masing-masing, khususnya dalam rangka menangani permasalahan[1]permasalahan kesehatan masyarakat, peternakan, pertanian, yang sedang terjadi di NTT. Penguatan kapasitas peneliti bidang sains dan bioteknologi merupakan investasi jangka panjang bagi jaminan biosecurity nasional.

 

“Untuk Provinsi dengan label tertinggal dalam berbagai kategori di Indonesia, upaya memaksimalkan percepatan pembangunan menggunakan inovasi teknologi merupakan keharusan, kami berharap Pemerintah Provinsi NTT maupun segenap jajaran legislatif lebih serius dalam mendukung proses pelembagaan kegiatan inovasi semacam ini, kita harus bergerak cepat,” kata ketua Panitia Workshop Biomolekuler dan Bioinformatika seri 1 ini seraya menjelaskan visinya tentang pengembangan teknologi biomolekuler di NTT.

 

Riset sains dan bioteknologi menjadi agenda prioritas daerah, dengan konteks kebutuhan-kebutuhan spesifik di NTT dan berbasis sumber daya alam lokal. Khususnya NTT yang berbatasan langsung dengan Australia dan Timor Leste, perlu bersiap diri pada aspek biosafety dan biosecurity- tidak lain melalui berbagai riset sains secara masif dan kontinyu.

 

“Pertanyannya, seberapa siap sumber daya manusia (SDM) di NTT? Berapa banyak peneliti sains yang kita miliki saat ini? Dengan kekayaan alam dan keunikan biotanya, berapa banyak SDM di provinsi ini yang memiliki pengetahuan dan skill untuk mengeksplorasi pemanfaatannya melalui riset?” pungkas Fima Inabuy yang juga merupakan staf pengajar di Program Pasca Sarjana FMIPA Universitas Udayana.

 

Salah satu peserta workshop, yang juga Dosen Prodi Biologi di Unika Widya Mandira Kupang, Paulus Risan Funan Lalong, S.Pd, M.TP, mengapresiasi Lab Biokemas NTT  yang berhasil mengimplementasikan program surveilens di 99 sekolah di Kota Kupang pada tahun 2021 yang diadopsi oleh Kementerian Kesehatan RI dan menjadi model untuk surveilens sekolah di tingkat nasional.

 

Dimana, model pencegahan penularan berbasis surveilens ini juga telah diterapkan untuk mengawal kesehatan para nakes di 17 rumah sakit, dan juga di 27 instansi pemerintah daerah, 8 universitas, dan 19 rumah ibadah di Provinsi NTT.

 

Sementara, Kepala UPTD Veteriner Dinas Peternakan Provinsi NTT, drh. Hendrina Lero Laka  mengatakan pelatihan yang digelar Lab Biokemas NTT menjawab Tantangan Biosecurity Terkini. Dimana bisa meningkatkan skill dokter hewan dalam melakukan uji-uji laboratorium veteriner.

 

“Ketika terjadi outbreak ASF pada ternak babi, Lab UPTD Veteriner Provinsi NTT belum bisa melakukan pengujian. Kami memiliki alat PCR tapi bahan uji, yakni primer ASF, belum ada jadi harus dikirim ke Bali atau Medan. Setelah ada pelatihan dari Lab Biokesmas, dokter hewan di laboratorium kami akhirnya bisa merancang primer PCR secara mandiri, sehingga di UPTD Veteriner sekarang sudah bisa melakukan PCR untuk mendeteksi ASF,” katanya. (R-1/tim)