Tokoh Masyarat Sabu Raijua, Ruben Kale Dipa, S.H
Menia, Pelopor9.com – Hari ini, Indonesia memperingati hari Kemerdekaan yang ke 77 tahun. Eufori untuk memerihakan kemerdekaan diseluruh pelosok Negeri dirasakan, banyak kegiatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah hingga masyarakat kecil. Sama seperti yang ada di Kabupaten Sabu Raijua, salah satu Kabupaten terseletan di Indonesia ini.
Namun kemeriahan itu, berbanding terbalik dengan kondisi ril masyarakat Sabu Raijua saat ini, jauh dari Kemerdekaan itu sendiri. Masih dililit kemiskinan dan belum menikmati kesejahteraan, salah satunya adalah kesulitan untuk menikmati BBM satu harga serta persoalan lainnya yang belum terpecahkan oleh pemerintah Sabu Raijua.
Penilaian ini disampaikan oleh Politisi senior Kabupaten Sabu Raijua, Ruben Kale Dipa kepada media ini, Rabu (17/8/22).
“Kita sudah kita sudah Merdeka 77 tahun, kita peringati bersama. Namun, kita di Sabu Raijua masih jauh dari kemerdekaan itu sendiri. Masih dijajah oleh kemiskinan dan kesusahan seperti kelangkaan BBM dan Dana Seroja yang belum ada pencairan”ujar mantan Ketua DPRD Sabu Raijua ini.
Menurutnya, masayarakat sangat membutuhkan Dana Seroja tersebut. Tetapi hingga saat ini, pemerintah Sabu Raijua dalam hal ini BPBD masih melakukan tahapan proses dan belum ada pencairan. Ditambah lagi dengan kelanggakaan dan kenaikan harga BBM, mengakibatkan semua harga kebutuhan pokok menjadi naik.
“contoh air bersih, yang semula di tempat yang jauh seperti Kecamatan Hawu Mesara, dari Rp 200 ribu per tengki sekarag naik menjadi Rp.350 ribu karena kelangkaan Solar dan lain-lain”katanya.
Menurutnya, bila situasi ini berkepanjanganmaka sama dengan Sabu Raijua belum secara lahir dan batin. Belum lagi, kondisi Kabupaten Sabu Raijua pada akhir-akhir ini yang masih berjalan ditempat.
“Kabupaten kita, akhir-akhir ini bukanya maju tetapi tidur ditempat. Kemerdekaan hanya dirasakan oleh orang-rang tertentu. Sedangkan masyarakat, beelum sepenuhnya merasakan arti kemerdekaan itu”kata mantan politisi Golkar Sabu Raijua ini.
Sebagai Tokoh Masyarakat, dirinya berharap agar Pemerintah Sabu Raijua, serius dalam mengatur tata Kelola pemerintahnya. Supaya, kesejahteraan itu tidak hanya selogan yang tak berarti. Kemiskinan dan kemelaratan yang sementara dialami oleh masyarakat Sabu Raijua, harus menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintan untuk selesaikannya.
“Jangan ada lagi penghuni rumah beratap langit karena Bencana Seroja. Juga, kemiskinan dan kemelaratan. Demikian harapan kami, semoga arti kemerdekaan dihayati dengan baik dan benar. Tuhan memberkati para Pemimpin daerah ini agar mereka memimpin dan bekerja dgn hati. Terimakasih. Merdeka wahai Sabu Raijua.
Sementara Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke dalam Pidatonya pada HUT RI ke 77 tingkat Kabupaten Sabu Raijua, mengakui bahwa Sabu Raijua masih dihadapkan dengan sejumlah masalah pemerintahan, diantaranya, terbatasnya lapangan pekerjaan, kemiskinan, kualitas SDM yang belum memadai, kesenjangan sosial, ekonomi, politik, derajat Kesehatan yang masih rendah, masalah gender dan lain sebagainya.
Kondisi ini menurut Rihi Heke, diperparah lagi dengan peristiwa bencana alam badai seroja dan bencana kemanusiaan Covid-19, selama hamper 3 tahun. Harus diakui, telah mempengaruhi semua sendi-sendi kehidupan. Relasi dan interaksi dalam kehidupan bersama, disertai kondisi ekonomi yang sempat berada pada titik nadir.
“Kita patut mrngambil hikmahnya, sebagai ujian sang Khalik kepada kita untuk merekonstruksi budaya hidup kita. Agar, hidup dalam keseimbangan yang dikehendaki oleh sang Khalik”kata Nikodemus. (R-2).