Ditelantarkan, Jurnalis Batas RI-Timor Leste “Angkat” Nasib Kakek Penyandang Disabilitas di Malaka

Jurnalis Menyerahkan Paket Sembako, Foto: Istimewa

Malaka, Pelopor9.com - Kehidupan Mikhael Bria, kakek penyandang disabilitas (red, berkebutuhan khusus) asal Dusun Klatun Desa Taaba Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka serba kekurangan. Karena ditelantarkan, para jurnalis di daerah perbatasan RI-Timor Leste mengangkat (red, memperhatikan) nasib kakek penyandang disabilitas tersebut dengan berita dan menerimakan bantuan sembako.

 

Sejumlah jurnalis di daerah perbatasan RI-Timor Leste asal Kabupaten Belu dan Malaka bergerak menuju Taaba, sebuah desa terpencil yang letaknya di bagian Barat, Kabupaten Malaka, Minggu (14/8/22) siang. Di kampung itu, para jurnalis berkumpul dan bertemu warga desa. Tidak ketinggalan juga Mikhael, penyandang disabilitas itu hadir dan bertemu para jurnalis.

 

Mikhael datang ke tempat dimana wartawan berkumpul dengan menggunakan tongkat untuk menempuh perjalanan dari rumah kediamannya yang jaraknya kurang lebih satu kilometer.

 

Gerangan apa yang terjadi ketika jurnalis Belu yang tergabung dalam Persatuan Jurnalis Belu Perbatasan (PENA BATAS) dan jurnalis Malaka dalam wadahnya Komunitas Wartawan Perbatasan (KONTAS) Malaka berkumpul di kediaman Teny Jenahas itu. Baru diketahui, para jurnalis batas RI-Timor Leste berkumpul untuk merayakan HUT ke-38 Teny Jenahas sambil menyalurkan bantuan sembako.

 

Usai makan bersama, Mikhael, kakek yang empunya tiga orang anak itu diperkenankan pula untuk menerima satu paket sembako. Senangnya luar biasa, sehingga begitu akrab dan terus mendekati para jurnalis. Ternyata, Mikhael ingin mengungkapkan keluhannya. Sebab, nasibnya ditelantarkan selama ini. Mikhael juga senang diwawancara dan menjawab pernyataan wartawan, meski dalam bahasa daerah setempat.

 

"Ha'u lahetan bantuan sa ida," kata Mikhael dalam bahasa Tetun untuk menjelaskan dirinya tidak pernah menerima bantuan selama ini sejak tahun 2019 hingga saat ini pasca wilayah Desa Taaba dimekarkan. Memang ada bantuan yang disalurkan seperti perumahan. Namun, bantuan perumahan itu tidak sempat dikerjakan.

 

Mikhael begitu jujur mengatakan dirinya pernah dijanjikan bantuan perumahan. Sehingga, belasan pohon kayu jati miliknya ditebang untuk membangun rumah. Selain kayu, Mikhael juga menyerahkan uang sebanyak Rp 1 juta kepada pemerintah desa setempat untuk melengkapi kebutuhan material agar rumahnya dibangun secepatnya. Janji tinggal janji. Rencana tetap rencana. Sejak tahun 2019 hingga saat ini, pembangunan rumahnya sebatas fondasi. Dia (red, Mikhael) tidak mengetahui kelanjutan pembangunan rumahnya.

 

Karena kondisi ini, Mikhael begitu mengeluh di hadapan para jurnalis yang mewawancaranya. Bahkan begitu akrab dan saking senangnya karena terima bantuan sembako, Mikhael tidak cepat bergegas pulang kembali ke kediamannya. Warga desa lain sudah pulang, Mikhael masih bertahan, duduk bersama dan bercerita dengan wartawan sambil menikmati suguhan kopi yang dihidangkan.

 

Bahasa tubuhnya dan dari keluhannya, Mikhael membutuhkan rumah yang layak untuk dihuni ketika memasuki usia senja. Namun, harapan itu disandarkan kepada siapa? Kadang menunduk kadang menoleh ke samping kiri dan kanan. Mikhael memandang para jurnalis di sampingnya. Dia menaruh harapan, agar nasibnya dan kebutuhannya terjawab di hari-hari ke depan.

 

Hadir dalam penyerahan bantuan sembako, Mariano Parada (Ketua PENA BATAS), Teny Jenahas (Sekretaris), Yansen Manek (Penasehat), Andri Witak (Anggota). Sedangkan KONTAS Malaka diwakili Mans Nahak dan Ferdy Bria. (R-1/*)