Kadis Kominfo Sabu Raijua, Amos Ndolu Eoh
Menia, Pelopor9.com – Kepala dinas Komunikasi dan Informatika (kominfo) Sabu Raijua, Amos Ndolu Eoh, mengajak media berperan memberikan sumbangsih akan kebutuhan informasi, geliat kegiatan pemerintah dalam setiap moment yang ada. Pasalnya, media adalah mitra pemerintah dalam menyebarkan informasi.
“Kita perlu saling mengenal dan menyapa, media dapat memberikan informasi yang berkualitas, informasi terkini dengan professional. Saya harap kita sama – sama mempublikasikan, mendokumentasi informasi kepada masyarakat umum,”katanya dalam diskusi dengan awak media yang ada di kabupaten Sabu Raijua, Senin (14/11/22) di Kantor Kominfo Sabu Raijua.
Dikatakan, media dan dinas Kominfo memiliki peran dan tugas yang sama, namun berada dalam ruang yang berbeda. Sehingga perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antara media dan pemerintah.
Sementara Sekretaris Dinas Kominfo Sabu Raijua, Lady Heart Buly, mengakui bahwa media adalah mitra, dimana salah satu fungsi kominfo sebagai pengendali semua informasi yang ada. Menangkal berita hoax dengan mengedukasi masyarakat lewat tulisan.
“Kita tau bahwa selain pengendali, penyebaran informasi dan diseminasi informasi. Kita tidak bisa bekerja sendiri, tanpa peran dari media untuk menyebarluaskan informasi,”katanya.
Lanjutnya, media memiliki peran penting terutama dalam menangkal berita hoax yang merongrong persatuan dan kesatuan. Dimana bisa terjadi kegaduhan. “Kita mulai sama – sama, sebagai bermitra Kominfo dengan media. Kita berikan informasi yang bernutrisi kepada masyarakat,”ujarnya.
Sementara perwakilan media online Zonalinenews.com, Dedy Lay Doma, mengaku kesal dengan sikap pejabat di lingkup pemerintah daerah (pemda) Sabu Raijua yang tidak bersahabat dengan media, dengan tidak memberikan keterangan konfirmasi.
“Tetapi pemdalah yang menganggap kami ini musuh, jadi kita hubungi kadang kita langsung diblokir. Kita WhatsApp kita diblokir, ada apa sebenarnya? kita pergi juga ke kantor, alasan bermacam – macam,”kesalnya.
Dikatakan, bahwa daerah lain seperti di Kupang dan propinsi sangat respon dengan media. Ketika media membutuhkan informasi untuk disebarluaskan kepada masyarakat, dengan cepat pemdanya memberikan informasi.
Ditegaskannya, bahwa pemda Sabu Raijua lebih mempercayai ‘Buzzer’, akun – akun media social pribadi untuk mempublikasi kegiatan pemerintah. Sementara media resmi diblokir dengan tidak memberikan keterangan dan informasi kegiatan pemerintah.
“Masyarakat tau, Buzzer itu konotasi buruk karena identic dengan penjilat. Sampaikan yang baiknya saja. Lain dengan kita media yang independen, baik buruk kita publikasikan,”tegasnya.
Sementara, Lazarus Gie dari Harian Timex, mengaku pernah mendapat perlakuan buruk pemerintah Sabu Raijua. Awal menjadi daerah otonom, pemerintah dan media memiliki hubungan yang erat, sampai pada masa penjabat bupati. Namun saat ini sudah tidak bersahabat.
“Ketika kita mengkonfirmasi, kadang – kadang oke, kadang tidak. Mereka (red, pejabat) mengatakan, kita sudah ada orang yang menghendel dan kita tidak perlu wartawan. Kok jawabannya begitu,”kesalnya. (R-1)