Lestarikan Budaya Sabu Raijua: Dari Budaya Tutur Ke Budaya Merekam

Sekda Sabu Raijua, Septenius Bule Logo (keempat kanan) Bersama Para Inspirator dan Ketua Panitia Kegiatan, Foto: Is

Menia, Pelopor9.com – Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mereduksi nilai budaya dan kearifan lokal. Terutama pada masyarakat dengan karakter menyampaikan pengetahuan lokal, kearifan budaya dengan bertutur.

 

Demikian disampaikan Sekda Sabu Raijua, Septenius Bule Logo, saat membuka kegiatan Pameran cerita rakyat dan Sarai Menginspirasi di aula SMA Negeri 1 Hawu Mehara, Desa Tanajawa, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (25/11/2023).

 

Menurut Septe, Sapaan karib Septenius Bule Logo, bahwa kebiasaan bertutur masyarakat perlu adaptasi dengan perkembangan zaman. Dimana, perlahan mulai mengarsipkan cerita, kebiasaan masyarakat lewat tulisan, audio, dan audio visual.

 

“Budaya Sabu budaya tutur, dan budaya budaya harus mengikuti perkembangan jaman. Apakah kita terpaku pada budaya tutur, tentu tidak. Budaya tulis, budaya merekam harus kita pakai. Kalau tidak, kita akan ditinggalkan oleh manusia pada jaman ini”, katanya.

 

Dikatakan, bahwa dengan mengarsipkan budaya maka pengetahuan akan terjaga keaslian karena penutur sudah tiada, dimana menjadi laboratorium hidup bagi generasi di masa depan.

 

“Karena dengan budaya tutur, sangat dipengaruhi, kemampuan orang itu dalam menuturkan, kemampuan orang untuk mendengar. Bisa saja menjadi lain tuturannya. Sehingga karena perkembangan itu, kita sudah menulis, merekam. Saya pastikan dalam kondisi dan masa apapun filosofi tutur bisa diperlanjutkan terus sampai kapan saja”,ujarnya.

 

Dia mengapresiasi Komunitas Mira Hari yang telah memulai mengarsipkan budaya, melalui berbagai kegiatan dan pendekatan. Hal itu, sudah tentu memberikan dampak positif dalam pelestarian nilai – nilai budaya Sabu Raijua.

 

“Hari ini, Komunitas Mira Hari melakukan hal itu untuk waktu – waktu saat ini, dan waktu – waktu ke depan. Di Sabu kita lihat bahwa telah terjadi pergeseran nilai, orang ketika kita tanya 20 tahun yang lalu, Sabu sudah sangat berubah sekarang ketika seseorang turun menginjakkan kaki di Dermaga. Nadau ke nananne, maksudnya itu siapa orang nya. Setiap Orang baru masuk Sabu, kita sudah tau orang nya. Tetapi sekarang, tidak bisa lagi dihafal orang ini”,tambah Septe.

 

Septe juga menyinggung kekuatan di luar pemerintahan yang turut andil dalam pembangunan daerah, seperti komunitas, Lembaga Swadaya masyarakat.

 

“Memang membangun daerah ini tidak bisa dilakukan pemerintah. Kalau kita belajar teori kekuasaan ada kekuatan -  kekuatan di luar sistem dan kekuatan – kekuatan di luar sistem itulah komunitas – komunitas yang punya kemampuan kekuatan membangun suatu daerah”,katanya.

 

Ditambahkan, bahwa komunitas juga berfungsi sebagai pengontrol kebijakan pemerintah yang sah secara aturan. “Sepanjang semuanya legal, sah – sah saja. Dan itu juga menjadi inspirasi bagi kita semua, menjadi kontrol bagi pemerintah”, ujarnya.

 

Kepala SMA N 1 Hawu Mehara, Victor Rihi Here, mengakui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mereduksi nilai budaya dan kearifan lokal.

 

Dia mengapresiasi komunitas Mira Hari yang telah menghadirkan inspirator dalam memberikan inspirasi kepada para siswa.  “Lain orang yang menyampaikan, lain juga inspirasi nya”,pungkasnya.

 

Lanjutnya, dengan kehadiran inspirator yang membagikan pengalaman hidup, pengalaman sesuai profesi maka akan membuka wawasan para siswa untuk mempersiapkan diri terutama melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

 

"Ini menjadi catatan sejarah bagi kita (sekolah). Untuk menjadi orang hebat bukan sesuatu yang mudah. Dan menjadi orang hebat, bukan sesuatu yang mustahil", ujarnya.

 

Ketua Panitia Kegiatan Pameran cerita rakyat dan Sarai Menginspirasi, Jefrison Hariyanto Fernando mengatakan bahwa pameran cerita rakyat memiliki manfaat untuk melibatkan para siswa dalam hal menjaga dan melestarikan budaya. Terutama cerita rakyat Sabu Raijua yang memiliki nilai sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

 

Sedangkan Sarai Menginspirasi, memiliki tujuan untuk memperkenalkan profesi kepada anak- anak serta menginspirasi anak -anak tentang pendidikan dan masa depan.

 

Kegiatan pemeran cerita rakyat, menyajikan foto karya tentang Budaya Sabu Raijua, baca cerita rakyat oleh 10 orang siswa/i SMA Negeri 1 Hawu Mehara dan dialog budaya.

 

Sementara kelas inspirasi, menghadirkan inspirator dari berbagai profesi seperti dari Kejaksaan, Kepolisian, Birokrat, BUMN (PLN), jurnalis, pengusaha, dokter, perawat dan mantan aktivis.

 

"Kalau kita tanya anak-anak Sabu tentang cita-cita mereka, yang mereka ketahui hanya beberapa profesi yang umum saja tapi profesi-profesi yang lainnya mereka sudah tidak mengetahui",ujarnya.

 

Kegiatan Pameran Cerita dan Sarai Menginspirasi diorganisir oleh Komunitas Mira Hari, Komunitas Generasi Peduli Sesama (GPS), Skolmus, Museum Ammu Hawu, Yayasan Sheep Indonesia, TBM Amin dan SMA Negeri 1 Hawu  Mehara.

 

Pantauan media, hadir dalam kegiatan tersebut, Staf Ahli Bupati Sabu Raijua, Welem Lukas Rohi, Perwakilan Kejari Sabu Raijua, Perwakilan dari pihak kepolisian, Ketua Komunitas Mira Hari sekaligus Founder Museum Ammu Hawu, Lodimeda Kini.

 

Ketua Komunitas Generasi Peduli Sesama (GPS) sekaligus ketua panitia pelaksana kegiatan, Jefrison Hariyanto Fernando, para Guru SMA Negeri 1 Hawu Mehara, perwakilan dari Skolmus, Perwakilan dari PLN Sabu Raijua, Founder TBM Amin , Penihas Wila Huki.

 

Katua HIPMI Sabu Raijua, Martin Ben Tanone, Sekretaris Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sabu Raijua, Pelipus Libu Heo, Sekretaris Panitia, Rossy Oktalia , Bendahara Panitia, Serli Ivona Illu, para guru SMA negeri 1 Hawu Mehara dan ratusan siswa-siswi SMA Negeri 1 Hawu Mehara. (R-1)