Sofiah Bara Ria dengan Latar Anggota Kelompok SL Bawang Merah Desa kota Hawu Sementara Panen Bawang
Menia, Pelopor9.com – Ketersediaan infrastruktur penunjang ekonomi menjadi dambaan masyarakat Desa Kota Hawu, Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Peningkatan jalan raya untuk memperlancar mobilisasi masyarakat, ketersediaan infrastruktur penyediaan air untuk pertanian dan peternakan, serta bantuan modal bagi petani dan usaha rumah tangga lainnya.
Kebutuhan penunjang usaha kelompok tani berupa uang tunai, alat pertanian seperti pompa, selang siram, ketersediaan embung pertanian dan bantuan pembuatan pagar kebun seperti tali.
“Air yang terutama, karena air itu kebutuhan hidup. Air dulu baru jalan, kalau airnya sudah ada ya, kita usahakan, kita buat dulu dia punya pagar baru bertanam”, kata Sofiah Bara Ria (50), warga RT.05 RW.03 Dusun 2 Desa Kota Hawu, Kamis (12/09/24)
Air menjadi kebutuhan utama masyarakat terutama pada musim kemarau. Fasilitas penyediaan air yang ada seperti embung mengering. Sehingga dibutuhkan embung kedap air yang tahan terhadap kekeringan dengan memperhatikan geografis wilayah desa.
“Ada juga yang buat – buat embung, embung itu tidak dipergunakan. Hanya kasi habis anggaran saja. Tidak dipergunakannya karena masalah air, kekeringan. Tidak ada air. Mungkin mereka juga tidak lihat dia punya tempatnya”,pungkas anggota Kelompok SL Bawang Merah Desa Kotahawu, kelompok binaan Yayasan Sheep Indonesia ini.
Air tidak saja untuk kebutuhan pertanian, akan tetapi kebutuhan untuk ternak dan kebutuhan rumah tangga seperti mandi, cuci dan kakus. Selama ini, warga mengalami kesulitan air pada musim kemarau.
“Kalau tidak ada air kita mati sudah, mau kebutuhan binatang, manusia ko”,lanjutnya.
Apabila ketersediaan air cukup, petani dapat menanam pada musim kemarau sampai musim penghujan tiba.
Persoalan lain yang dihadapi petani adalah keterbatasan modal sehingga dibutuhkan bantuan modal terutama bagi masyarakat yang ingin memulai usaha. Petani pemula membutuhkan modal mencapai Rp.10.000.000,-
Dengan adanya dukungan modal dari pemerintah maupun pihak lain, petani dapat membeli mesin pompa, selang siram yang dapat menghemat waktu petani.
“Bantu anggaran juga, bibit, kasi tali kerja pagar, ember – ember untuk kita pikul air. Kalau pakai selang satu dim, cepat sekali”, ujarnya.
Dukungan lain adalah pendampingan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi petani. Seperti pendampingan Yayasan Sheep yang dapat menangani masalah pembusukan akar bawang merah.
Melalui Sekolah Lapang, Yayasan Sheep membuka ruang bagi petani untuk belajar bersama dengan mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama sekolah.
Melalui Sekolah Lapang petani diajarkan cara penyiapan lahan, penyiapan benih, pemeliharaan dan pencegahan hama dan penyakit. Pencegahan penyakit pembusukan akar bawang merah dengan menggunakan pestisida nabati yang ada di sekitar masyarakat.
“Satu tanam pakai abu dapur, satu tanpa perlakuan, satu pakai sekam bakar. Kita praktek yang tiga perlakuan itu”, katanya.
Dengan keterbatasan air, masyarakat menggunakan air embung dengan efisien, membangun bak penampung dari plastik HDPE (geomembrane) dipergunakan secukupnya untuk penyiraman.
Masyarakat dihimbau menjaga pohon untuk melindungi mata air tetap terjaga. Dengan harapan pemerintah membuat kebijakan perlindungan hutan dan menanam pohon sebanyak – sebanyaknya, terutama kebijakan yang memperkuat debit air.
“Harapan kami kepada pemerintah, embung-embung yang sudah dangkal, tolong dikeruk dan diperbaiki kembali agar daya tampungnya lebih besar”, terangnya. (R-1)