Kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sabu Raijua, Lagabus Pian (tengah Menghadap Lensa), Didampingi Program Manager GEF SGP – PMPB, Weltji Yastri Doek (Kiri) Ketika Memberikan Arahan
Menia - Dalam rangka menyukseskan kegiatan yang didanai oleh Global Environment Facility The Small Grants Programme (GEF SGP) Fase 7 siklus ke-4, Perkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana (PMPB) Nusa Tenggara Timur menyelenggarakan kegiatan Pengenalan Program dan Focus Group Discussion (FGD) Survei Produk Prioritas Kelompok/ Desa, di Aula Gedung DPRD Sabu Raijua, Jumat (24/01/2025) belum lama ini.
Sebanyak 19 orang peserta dari 9 Desa di daratan Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua mengikuti kegiatan, terdiri perwakilan pemerintah desa satu orang dan kelompok pengrajin/ kelompok usaha rumah tangga dari bahan baku lontar, tanah liat, kelapa, kelompok pembuatan pupuk. Sorgum dan Kacang - kacangan.
Program Manager GEF SGP – PMPB, Weltji Yastri Doek menyampaikan bahwa FGD adalah pola pendekatan bersama kelompok agar menemukan dan mendukung usaha kelompok yang sudah berjalan. Sehingga rencana pendampingan tepat sasaran dan tepat mutu guna peningkatan ekonomi keluarga melalui kerajinan, produk hasil usaha kelompok.
“Pendekatan yang dilakukan adalah membuat orang menemukan sendiri yang dia punya, dia butuhkan. Lalu dari itu, dia bisa pakai untuk apa? bukan untuk orang lain”, katanya.
Diskusi akan dilanjutkan dengan survei kepada pembeli atau off taker. Hasil survei akan menjadi bahan diskusi bersama pihak terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk menentukan langkah intervensi ke depan seperti apa?
Lanjutnya, PMPB akan melakukan kegiatan di Sabu Raijua selama 10 bulan sampai dengan bulan Juli tahun 2025. Dengan sasaran pada desa dampingan GEF SGP sebelumnya yang berfokus pada produk hasil dampingan mitra GEF SGP maupun kelompok bentukan pemerintah.
Kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sabu Raijua, Lagabus Pian dalam sambutan pembukaan kegiatan mengatakan bahwa kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memiliki visi dan tujuan yang beragam, seperti peningkatan kapasitas masyarakat, pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.
“Saya bersyukur kalau LSM mau masuk di Sabu, mungkin besok lusa ada lagi lembaga lain yang ikut masuk ke Sabu, mungkin ada yang survei. Ada lembaga yang khusus melatih kita. Ada yang datang memberdayakan kita. Ada yang untuk memberi bantuan. Ada yang datang untuk membangun sesuatu, kita welcome saja di Sabu”,katanya.
Masyarakat Sabu Raijua, kata dia, tidak boleh memandang pemerintah sebagai satu – satunya lembaga yang membangun Sabu Raijua. Namun pemerintah harus membangun kolaborasi dengan banyak pihak untuk membangun Sabu Raijua seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Swasta.
“Kalau investor pasti orientasinya untung. Tetapi kalau LSM biasanya untuk penguatan masyarakat, lembaga dan sebagainya”,ujarnya.
Dia menyinggung dukungan masyarakat terhadap kegiatan LSM sangat minim. Karena sebagian masyarakat lebih banyak menghadiri kegiatan seperti pembagian bantuan. Namun kegiatan diskusi dan peningkatan kapasitas tidak banyak yang hadir.
Dikatakannya lagi, pemerintah sudah memberikan banyak bantuan kepada masyarakat. Bahkan satu orang bisa mendapat secara berulang. Namun banyak bantuan yang tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Diharapkan LSM perlu sinergi dengan pemerintah. Supaya tidak terjadi tumpang tindih bantuan. Dimana satu orang bisa menerima bantuan secara berulang.
“LSM juga dapat melanjutkan program pemerintah. Demikian sebaliknya, pemerintah dapat melanjutkan program LSM sehingga tercipta ruang kolaborasi antara pemerintah dan LSM”, lanjutnya.
Dia mengingatkan forum diskusi agar pemanfaatan lontar tidak seperti Cendana. Dimana sudah mulai langka bahkan hampir punah. Sementara penanaman kembali membutuhkan waktu.
“Lontar yang ada bukan hasil budaya kita. Kita yang ada sekarang harus jaga keberlanjutan. Kalau pun anyaman sebagai produk unggulan. Jangan eksploitasi. Jangan ambil semua pucuk lontar, besok lusa itu lontar tidak menghasilkan gula lagi”,katanya.
Dia mengapresiasi masyarakat Sabu Raijua dalam menjaga lingkungan. Dimana telah memanfaatkan dengan maksimal sumber daya yang ada dan tetap mempertimbangkan keberlanjutan.
“Saya senang, orang Sabu sudah cukup pandai merawat lingkungan. Tidak usah eksploitasi banyak – banyak”, akunya.
Lingkungan merupakan hal penting yang perlu dijaga dan dirawat sehingga tetap terjaga keberlanjutan di masa mendatang. “Cari doi (uang) boleh saja, tetapi jaga lingkungan agar tetap hidup. Kita boleh - boleh saja cari hidup tetapi jaga lingkungan. Agar berkelanjutan untuk anak cucu. Tetap ada”, katanya.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Plt Kepala Dinas Perizinan Sabu Raijua yang juga sekretaris dinas Peridustrian dan Perdagangan Sabu Raijua, Ofni Djawa
Untuk diketahui, PMPB tergabung dalam konsorsium Rai Hawu yang dikomandoi Yayasan PIKUL sebagai mitra di tingkat propinsi, dan Yayasan Bina Usaha Lingkungan sebagai mitra nasional.
FGD tingkat komunitas di Pulau Raijua telah dilaksanakan pada Senin tanggal 24 Februari 2025. (R-1)