Polisi di Malaka tidak boleh Merasa Diri lebih Hebat

Romo Fon Neno (ketujuh kiri) Bersama Polres Malaka

Malaka, Pelopor9.com - Anggota Polri yang bertugas di wilayah hukum Polres Malaka tidak boleh merasa diri lebih hebat. Keberhasilan dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari campur tangan dan kehendak Tuhan.

 

Demikian simpulan pendapat yang mengemuka saat berlangsungnya kegiatan bimbingan rohani dan mental di Markas Polres Malaka, Kamis, (20/2/20).

 

Romo Fon Neno dalam renungannya mengatakan sosok seorang anggota Polri sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat ditentukan kedekatan dengan masyarakat.

 

Menurut Romo Fon, tugas seorang anggota Polri bukan hal yang mudah. Seorang anggota Polri perlu mengenal diri ketika menjalankan tugas sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat. Untuk mengenal diri dalam tugas, anggota Polri mampu membina kedekatan dengan masyarakat.

 

Romo Fon memberi dasar renungan itu pada perkataan Sang Nabi. "Yesus dalam misi pewartaannya pernah menanyakan kepada para rasul soal identitas diriNya. Siapakah aku. Inilah pertanyaan Yesus yang selalu relevan hingga saat ini," kata Romo Fon.

 

Dikatakan, pertanyaan Yesus menunjuk pada identitas seseorang. "Siapakah kita dalam menjalankan tugas. Kita adalah pribadi yang menjalankan tugas dalam ikatan yang kuat dengan pemimpin," tambah Romo Fon.

 

Romo menjelaskan memahami diri dalam ikatan dengan pemimpin sebagai upaya mendekatkan diri kepada orang yang dilayani sebagaimana Sang Pemimpin itu adalah pelayan sejati.

 

Itulah sebabnya, Yesus sebagai Sang Pemimin menghendaki agar para murid tidak hanya mengenal diri Yesus. Akan tetapi, juga berada di tengah orang-orang yang dilayani.

 

Selanjutnya, seorang anggota Polri dapat memahami tugasnya sebagai pelindung, pelayan dan pengayom jika berada bersama dan punya kedekatan dengan masyarakat.

 

Romo Fon mengingatkan agar identitas seorang anggota Polri tetap dipertahankan jika beberapa hal yang dilihat sebagai bahaya dapat dihindari dalam tugas pelayanan.

 

Disebutkan, anggota Polri perlu menghindari sikap dan perilaku hedonisme yakni mengerjakan sesuatu yang dapat menyenangkan dan mengenakkan.

 

Kedua, konsumerisme dimana mental bekerja asal jadi merasuk dalam tugas dan tidak menghargai proses. Ketiga, liberalisme yang menyebabkan sikap dan cara berpikir menang sendiri. Dan yang terakhir, materialisme yang mempengaruhi seseorang untuk mementingkan materi dari pada pekerjaan. Sehingga, yang salah bisa dibenarkan dan sebaliknya.

 

Sementara itu Kapolres Malaka, AKBP Albert Neno dalam sambutannya mengatakan polisi tidak boleh merasa diri lebih hebat dalam menjalankan tugas. Karena tugas sebagai anggota Polri bukan hal mudah.

 

Dikatakan, kesulitan atau tantangan senantiasa ditemui dalam pelaksanaan tugas. Namun, kesulitan itu tanpa disadari bisa diatasi sehingga suatu pekerjaan berjalan lancar dan sukses.

 

Diyakini, keberhasilan dalam tugas tidak terlepas dari campur tangan Tuhan. Tuhan menuntun seseorang sehingga mampu mengatasi kesulitan dan berhasil dalam tugas.

 

Keyakinan ini didasarkan pada pengalaman Polres Malaka yang berhasil mengungkap beberapa kasus besar dalam waktu yang cukup singkat.

 

"Kita jangan terlalu merasa diri hebat. Kita tidak lebih hebat dari Tuhan," kata Kapolres Malaka. Sehingga kegiatan bimbingan rohani dan mental rutin dilaksanakan setiap pekan sebagai motivasi dan spirit bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas.

 

Selanjutnya, kegiatan bimbingan rohani dan mental dilaksanakan Mabes Polri sampai kesatuan yang paling bawah sebagai wujud doa dan kebersamaan dengan Tuhan dalam tugas. "Kita menghadirkan Tuhan dalam setiap pekerjaan," ujar AKBP Albert. (R-1/ans)