Ilustrasi
Menia, Pelopor9.com – Diperkirakan sudah ratusan ternak Babi milik masyarakat Sabu Raijua mati sejak sebulan terakhir. Namun belum ada masyarakat yang melaporkan ke dinas Pertanian dan Pangan Sabu Raijua, yang membidangi peternakan.
Kepala dinas Pertanian dan Pangan Sabu Raijua, Mansy R. Kore, saat dihubungi media ini, Selasa (21/4/2020), mengatakan bahwa Ternak Babi mati disebabkan Virus Kolera Babi atau Hog Cholera.
"Itu serangan wabah penyakit babi hog cholera, lalu tiap ada babi mati dong sonde (mereka tidak) mau lapor ke dinas, potong dan bagi-bagi,"katanya.
Menurutnya, Ternak Babi yang mati, dari segi higenis tidak boleh dikonsumsi. Sementara babi yang sakit dan dibunuh, maka jeroannya dikuburkan agar tidak menular ke ternak Babi lain.
"Kalau babi mati harus kubur, tapi yang dibunuh karena sakit sebaiknya semua jeroan, dan lain lain juga harus dikubur dalam-dalam supaya aman dan tidak menular ke yang lain, dagingnya dimakan,"pungkasnya.
Untuk mengantisipasi penularan dan kematian yang lebih besar, kata dia, sejak hari Senin lalu, tenaga kesehatan hewan (keswan) dinas sedang melakukan vaksinasi semua ternak babi.
Terpisah, Kabid Peternakan, dinas Pertaniam dan Pangan, dr. Wahyu Agus E, menyarankan masyarakat untuk tidak mengkonsumsi ternak Babi mati. Pasalnya, Babi mati bisa membawa sejumlah penyakit dan Virus.
"Babi mati tidak layak untuk dikonsumsi. Terkait masyarakat yang sudah terlanjur mengkonsumsi daging Babi mati, sejauh ini belum ada laporan terkait dampak yang ditimbulkan dari makan daging tersebut,"kata dia
Dijelaskannya, penyakit tersebut tidak menular pada manusia. Penyakit babi di Sabu Raijua diduga disebabkan oleh virus Hog Cholera. Karena sejauh ini belum ada uji laboratorium dan pemeriksaan laboratorium harus dilakukan diluar Sabu.
"Kalau penyakit Babi yang ada di Sabu kan diduga disebabkan oleh virus Hog Cholera. kami belum bisa pastikan sebab untuk peneguhan diagnosa harus dengan pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan laboratorium harus dilakukan di luar Sabu,"ujarnya.
Dijelaskannya, untuk penyakit virus belum ada obatnya. Namun yang dilakukan adalah hanya mencegah adanya infeksi sekunder atau penyakit ikutannya. Yakni dengan pemberian antibiotik dan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh.
Sementara Anggota DPRD Sabu Raijua, Donserses Nara Lulu, menilai dinas sangat lambat dalam menaangani masalah penyakit Babi di Sabu Raijua. Pemberian vaksin seharusnya sebelum wabah menyerang ternak Babi.
"Dinas sangat lambat tangani, harusnya jauh sebelum wabah datang, sudah dilakukan vaksin. Sekarang baru mulai vaksin. Itu sudah tidak ada manfaat lagi,"kata dia.
Salah satu peternak Babi, Joma Ati mengaku bahwa ternak miliknya sudah mati 4 ekor. Demikian juga, dengan ternak milik tetangga. (R-2)